Semalam (29/8/24) saya dengan beberapa kolega dan seorang senior duduk bersama. Kami membahas banyak hal, salah satunya perihal apa yang bisa membuat orang nyaman dan mau berkontribusi besar bagi komunitasnya.
Selepas perbincangan, ketika baru tiba di rumah, saya membaca sebuah buku. Salah satu isinya seperti ini.
“People aren’t longing to be impressed; they are longing to feel like they’re home. If you create a space full of love and character and creativity and soul, they’ll take off their shoes and curl up with gratitude and rest, no matter how small, no matter how undone, no matter how odd.”
Itulah ungkapan Shauna Niequist dalam buku “Rx for Resilience” Artinya, “Orang-orang tidak merindukan untuk dibuat terkesan; mereka merindukan untuk merasa seperti di rumah. Jika Anda menciptakan sebuah ruang yang penuh cinta, karakter, kreativitas, dan jiwa, mereka akan melepas sepatu mereka dan meringkuk dengan rasa syukur dan beristirahat, tidak peduli seberapa kecil, tidak peduli seberapa tidak sempurna, tidak peduli seberapa aneh.”
Hambatan
Sebuah komunitas akan berjalan dengan baik dan mencapai akselerasi kebaikan besar hanya jika struktur tidak hanya menjadi legitimasi relasi atasan dan bawahan. Tetapi seperti kata Shauna, masing-masing punya cinta, yang menumbuhkan karakter, mengundang kreativitas, simpelnya merasa nyaman.
Relasi struktural hendaknya dapat mendorong interaksi yang dalam dan otentik. Bukan kaku, layaknya bos dan bawahan yang seakan-akan kebenaran milik yang duduk di atas belaka.
Sayangnya tidak sedikit orang yang berada di posisi atas, salah memandang yang berada dalam naungannya. Akibatnya seringkali potensi yang besar bagi kemajuan komunitas tidak mau dimaksimalkan. Bukan karena tidak tahu, tapi karena lebih tidak mau.
Oleh karena itu hal yang sangat mendasar kita pahami agar organisasi yang kita jalankan dapat membawa kemajuan besar, sikap saling percaya, lingkungan yang membentuk kultur kreatif, harus kita perjuangkan, tumbuh dan terus berkembang.
Baca Juga: Belum Berkontribusi, Belum Maksimal, Lantas?
Jika tidak maka harapan sang atasan tidak dapat bawahan pahami. Akibatnya akan banyak momentum penting datang, namun berlalu begitu saja. Selanjutnya jelas, saling mendebat, saling menyalahkan dan intinya dirinya tidak salah, orang lain sangat keliru.
Langkah Konkret
“Embrace the present moment.” Itu lanjutan dari bahasan dari Shauna Niequist.
Hendaknya kita menerima dan menghargai saat ini sepenuhnya. Ini adalah ajakan untuk melepaskan kekhawatiran tentang masa lalu atau masa depan, dan sebaliknya, fokus pada pengalaman dan keindahan yang ada di sekitar kita saat ini.
Komunitas yang akan berkembang yang tidak larut dalam petaka masa lalu atau pun euforia masa depan. Tetapi dapat menari secara tepat saat ini, sekarang. Mulailah fokus memerhatikan sensasi fisik, pikiran, dan emosi kita tanpa menghakimi.
Kemudian berupayalah menemukan keindahan dan makna dalam hal-hal sederhana. Perhatikan bawahan kita, betapa ia punya motivasi, kelebihan yang harus kita rawat layaknya tanaman. Berikan perhatian, pujian, dorongan agar ada keindahan dapat ia rasakan.
Penting kita catat, bahwa menerima saat ini bisa menjadi tantangan, terutama di dunia yang serba cepat dan penuh gangguan saat ini.
Namun, ini adalah praktik yang bisa membawa banyak manfaat, seperti mengurangi stres, meningkatkan kebahagiaan, dan memperdalam hubungan. Jika kita seorang pemimpin, sekarang temui bawahan kita, berikan ia kesempatan tumbuh dan berkembang. Maka ia akan mekar dan mewangi memberikan kemampuan terbaiknya untuk berkontribusi. Karena ia tahu setiap dedikasinya akan sangat berarti, berguna dan tentu saja bermakna.*