Nabi Muhammad SAW belakangan sering jadi perbincangan. Dan, sungguh, kekasih Allah itu akan terus hidup dalam kehidupan umat manusia. Alasannya jelas, karena Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin sejati.
Pemimpin sejati artinya beliau SAW memimpin umat Islam bukan hanya kala fase kehidupan dunia, tetapi juga nanti dalam fase kehidupan akhirat. Jadi, beliau SAW semata, pemimpin dunia adan akhirat.
Baca Juga: Inilah Pemimpin yang Suka Diskusi Ilmiah
Lantas apa yang menjadikan beliau sebagai pemimpin sejati?
Bukan Fasilitas
Ketika melihat kisah perjalanan hidup Rasulullah SAW maka kita temukan bahwa beliau menjadi pemimpin sejati bukan karena fasilitas.
Beliau tidur sangat sederhana. Alas tidur hanya dari kulit yang berisi sabut.
Umar bin Khathab ra pernah melihat hal itu kala masuk ke kamar pribadi Nabi SAW.
Nabi SAW tidur di atas tikar dengan bahan pelepah kurma. Ketika bangun membekaslah motif tikar itu di lambung utusan Allah itu.
Menyaksikan itu, Umar ra menangis. Umar kemudian berkata, “Engkau adalah Rasulullah, sedangkan Kisra dan Kaisar Romawi tidur di atas ranjangan terbuat dari emas.”
Rasulullah SAW kemudian bersabda. “Wahai Umar, apakah kamu tidak rela jika mereka hanya memeroleh hal itu kala di dunia saja. Sedangkan nanti akhirat hanya menjadi milik kita?”
Tidak Tertipu
Jadi satu alasan kuat mengapa beliau SAW kita sebut pemimpin sejati karena kesadaran akan kehidupan akhirat yang begitu kuat.
Buah dari kesadaran itu beliau SAW tidak pernah meminta fasiltas yang mewah dan wah.
Pernah suatu ketika, salah satu istri Nabi, Hafsah ra melipat jadi empat kain wol kasar yang biasa Nabi jadikan alas tidur. Biasanya hanya jadi dua lipatan.
Langkah Hafsah ra itu mendapat teguran Nabi SAW.
“Apa yang kau jadikan alas tidurku tadi malam?”
Hafsah menjawab, “Itu adalah alas tidurmu, hanya saja tadi malam aku lipat menjadi empat. Aku pikir itu akan lebih nyaman untukmu.”
Rasulullah SAW kemudian bersabda, “Kembalikan lagi ke keadaan semula (lipat jadi dua). Ketahuilah, kenyamanannya telah menghambatku (mendirikan) sholat tadi malam.” (HR. Tirmidzi).
Sekali lagi, pemimpin sejati tahu apa kebutuhannya, yakni berdekat-dekat dengan Allah Ta’ala.
Oleh karena itu fasilitas tidak jadi prioritas. Sebab seringkal itu membuat jiwa lalai dan tertipu.
Pemimpin Masa Kini
Kalau kita bertanya tentang mengapa orang berlomba-lomba jadi pemimin pada masa kini, maka jawabannya jelas, soal fasilitas (walau tidak mutlak semua orang).
Padahal kalau mau berpikir lebih dalam. Ketika seorang presiden, katakan begitu, mendapat kawalan kemanapun pergi, semua kebutuhan terjamin, maka sungguh itu ia dapatkan bukan karena dirinya. Tetapi karena kedudukannya.
Begitu kedudukan itu berganti ke tangan orang lain, maka semua kenikmatan fasiltas itu lenyap. Dan, banyak orang tidak mau kehilangan itu semua.
Padahal, semakin hidup berorientasi pada hal semacam itu, jiwa semakin terperosok pada gelapnya kehidupan yang kelak hanya mendatangkan penyesalan demi penyesalan.
Kalau pun amanah kepemimpinan itu sudah ada dalam genggaman, saatnya meneladani Nabi SAW. Jangan tertipu oleh semua nikmat semu itu.
Jadilah diri sendiri. Yang sebenarnya hakikat manusia itu ya sederhana. Tidak perlu macam-macam.
Baca Lagi: Jangan Pernah Membenci Nasihat
Dan, untuk apa seseorang bangga mendapat penghormatan yang bukan karena dirinya (berakhlak)?
Belajarlah kepada Nabi SAW. Beliau tidak mencari fasilitas namun kualitas dirinya terus hidup sampai kapanpun.
Dan, betapa bodohnya kalau ada orang Islam jadi pemimpin lalu ia bangga dengan penghormatan yang sejatinya orang hormat sebatas karena kedudukannya yang sangat terbatas. Bukan karena dirinya benar-benar berkualitas (secara akhlak).*