Bahagia adalah kata yang memiliki makna abstrak di mana semua orang mendambakannya.
Banyak yang memahami bahagia berdasarkan tumpukan harta dan tingginya jabatan.
Tetapi, semua orang mengetahui bahwa bukanlah itu yang sejatinya menjadi sebab dan pemelihara kebahagiaan di dalam hidup seseorang.
Baca Juga: Indonesia “Tanpa” Pemimpin?
Terbukti banyak orang hidup kaya namun jiwanya rapuh. Bahkan salah pilihan, hingga akhirnya terjerat narkoba, sebagian juga ada yang sampai bunuh diri.
Mereka bukan orang yang kurang harta, mereka bahkan lebih dengan popularitas yang terus bertengger.
Lantas bagaimana kala diri ingin hidup bahagia?
Bahagia dalam Panduan Nabi
Karena kita hidup di dunia dan butuh interaksi dengan sesama, Rasulullah SAW memberikan panduan yang teramat jelas.
“Tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Dan kalian tidak dikatakan beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan sesuatu yang jika dilakukan akan membuat kalian saling mencintai? Sebarkan salam di antarra kalian.’ (HR. Muslim).
Jadi, bahagia dapat kita pahami tidak akan dicapai tanpa iman. Iman tidak akan tegak tanpa saling mencintai terhada sesama.
Dan, cinta itu akan terbukti kala satu sama lain saling mengucapkan salam kala bertemu.
Konkretnya itu adalah masyarakat yang berperadaban. Di mana yang kaya mengejar ridha-Nya dengan sedekah, mengasihi yang membutuhkan.
Tidak sempat ia bangga dan merasa dirinya mulia dengan kekayaan yang dimiliki.
Seperti Abdurrahman bin Auf ia justru menangis kala mengingat sahabat-sahabat Nabi SAW yang dalam hidupnya biasa saja dari sisi harta, namun mereka dijamin ke dalam Surga.
Sementara itu yang diuji dengan sedikit harta mereka meneguhkan iman dan taqwa di dalam dirinya, sehingga tetap memiliki etos dalam bekerja dan muru’ah di dalam berinteraksi dengan sesama.
Bahagia dalam Pandangan Tere Liye
Betapa bahagia itu butuh iman dan sesama adalah tidak terbantahkan. Seperti diungkapkan penulis populer belakangan ini, Tere Liye.
“Percayalah, hal yang paling menyakitkan di dunia bukan saat kita lagi sedih banget tapi nggak ada satu pun teman untuk berbagi.
Hal yang paling menyakitkan adalah saat kita lagi happy banget tapi justru nggak ada satu pun teman utuk membagi kebahagiaan teresbut.
Tapi, ada yang lebih celaka lagi, yaitu ketika kita justru seneng banget pas lihat teman susah, dan sebaliknya terasa susah banget di hati pas lihat teman lagi senang.”
Nasihat Ulama untuk Hidup Bahagia
Oleh karena itu seorang ulama salaf berkata, “Berhati-hatilah dari dua jenis manusia. Pengekor hawa nafsu yang terfitnah oleh hawa nafsunya dan pecinta dunia yang telah dibutakan oleh dunia.”
Oleh karena itu rumus hidup bahagia itu hanya satu, yakni meneguhkan iman dan taqwa.
“Siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak akan kekahwatiran atas mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah [2]: 38).
Bahagia Ala Chef Haryo
Ayat di atas tampaknya menjadi satu keyakinan kuat yang ditanamkan dalam hdiup seorang Chef Haryo.
“Mengapa ada orang kaya tidak bahagia, di sini (sembari menunjuk dada) kosong. Tidak akan bisa bahagia orang yang hatinya kosong dari Allah,” tegasnya.
Baca Lagi: Jangan Pernah Membenci Nasihat
OLeh karena itu milikilah niat di dalam hati untuk mengisi hidup ini dengan tunduk dan patuh kepada Allah Ta’ala.
“Saya kalau ada ajakan kebaikan, bagaimanapun akan berusaha untuk bisa, karena di situlah saya bisa bahagia. Bersama Allah, pasti bahagia,” ucapnya.
Semoga Allah mudahkan kita menempuh jalan hidup bahagia, baik di dunia maupun di akhirat.*