Saat matahari masih malu-malu menampakkan sinarnya ke bumi, saya menyimak video Simon Sinek dengan tema “Develop Leadership Skills.” Kalimat yang menurutku menarik adalah: “Pemimpin itu bertanggung jawab terhadap bawahan Anda, bukan menjadi pengendali.”
Saya kira itu relevan, karena faktanya banyak pemimpin ingin mengendalikan semua hal, sesuai seleranya. Akan tetapi pada saat yang sama lupa bertanggung jawab kepada bawahannya.
Pemimpin yang model begitu akan mudah memanfaatkan orang sesuai air liurnya saja. Siapa yang bisa memahami animo yang memimpin, bawahan itu bisa cepat karirnya. Mudah mendapat jabatan, kepercayaan bahkan menjadi orang yang teramat dekat.
Baca Lagi: Indonesia Butuh Orang-Orang Beretika
Akan tetapi, begitu ia tidak lagi dianggap memahami cita rasa sang pemimpin, seketika ia akan terdepak. Seperti teman-temannya yang lebih dulu mengalami eliminasi karena melawan hasrat liar sang pemimpin.
Pesan Nabi SAW
Nabi SAW secara eksplisit juga memberikan pesan mendalam perihal bagaimana seharusnya pemimpin menjalankan kepemimpinannya.
“Ketahuilah bahwa kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu sekalian akan bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Sebagai amir yang memimpin manusia yang banyak dan pemimpin yang bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin bagi keluarganya dan bertanggung jawab terhadap mereka. Seorang istri adalah pemimpin di rumah dengan suaminya dan anaknya, yang ia bertanggung jawab terhadap mereka. Seorang hamba (budak) adalah pemimpin dalam menjaga harta tuannya. Ketahuilah, kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu sekalian bertanggung jawab terhadap pimpinannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Jadi terang sekali, bicara pemimpin, siapapun kita adalah pemimpin.
Tugas utama pemimpin sangat jelas, bertanggung jawab. Jangan merasa jadi pemmpin lalu semena-mena dan buta terhadap kewajiban. Mungkin sebentar waktu akan senang, tetapi selanjutnya penyesalan bahkan mungkin kebinasaan.
Tidak percaya, rajin-rajinlah baca sejarah, baik dalam buku. Lebih-lebih di dalam Alquran.
Ilmu dan Pengalaman
Karena pemimpin mesti bertanggung jawab, maka pemimpin sebaiknya memiliki dua bekal utama, yakni ilmu dan pengalaman.
Baca Lagi: Sadar sebagai Pemimpin
Kalau merujuk pada Alquran, maka pemimpin itu mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf, mencegah dari perbuatan yang mungkar (Lihat Surah Al-Hajj ayat ke-41).
Kriteria tersebut memberikan profil langsung siapa yang layak memimpin. Yakni orang yang sadar tanggung jawabnya secara vertikal (shalat), kemudian tanggung jawab secara horizontal (zakat dan amar ma’ruf nahi munkar).
Dan, berdasarkan perjalanan kepemimpinan Nabi SAW dan para sahabat, selalu yang diangkat menjadi pemimpin adalah yang beriman, berilmu dan berpengalaman.
Lihatlah bagaimana Khalid bin Walid menjadi orang yang baru masuk Islam dan mendapat kepercayaan Nabi SAW menjadi panglima perang!*