Dalam agenda “Semarak Muharram 1445 Hijriyah” Ketua Yayasan Ummul Qura Hidayatullah Balikpapan, Ustadz Hamzah Akbar menyinggung dua hal utama, yang menjadi wacana kuat banyak pihak belakangan ini. Yaitu, Indonesia emas dan kaderisasi Hidayatullah.
Memperhatikan perkembangan Hidayatullah sebagai ormas dengan berbagai wujud kiprah dan pengembangan institusi, amal usaha, semua itu menunjukkan bahwa secara kelembagaan perlu model konsolidasi yang kian intens.
Baca Juga: Inilah Ulasan Ustadz Hamzah Akbar tentang Pemuda dengan Impian Indah
Kondisi itu semakin terasa tantangannya, kalau memperhatikan uraian para pengamat sosial tentang Indonesia Emas 2045 dan eksistensi Hidayatullah sebagai lembaga perkaderan.
Apalagi menuju masa 1 abad Indonesia merdeka hanya menyisakan dua dekade lebih dua tahun.
Artinya, istilah bonus demografi itu hanya dari sekaranglah generasi yang remaja dan muda harus benar-benar kita siapkan menjadi kader.
“Lembaga ini hadir untuk memproses kader, sumber daya manusia unggul,” tegasnya.
Kader Hidayatullah sebagai agen perubahan penting punya kemampuan dan peranan untuk mengubah peradaban manusia, menjadi lebih baik.
“Karena mau bicara apapun, tentang pengembangan apapun, yang pertama tentu diletakkan pada regenerasinya, tentang kadernya (sumber daya manusia),” terang Ustadz Hamzah Akbar.
“Ini tantangan di masa mendatang. Penting menjadi perhatian kita di momentum Muharram seperti ini. Meletakkan kader sebagai agen perubahan. Atau paling tidak mengambil peran, untuk terlibat ikut mendesain 1 abad kemerdekaan Indonesia,” tuturnya.
Urgensi SDM
Tidak bisa kita pungkiri, sumber daya manusia (SDM) yang dalam bahasa sehari-hari Hidayatullah disebut dengan istilah kader adalah utama dan penentu.
Memperdalam uraian Ustadz Hamzah Akbar beberapa hal bisa menjadi fokus gerakan pendidikan Hidayatullah ke depan.
Pertama, pengembangan keterampilan dan pengetahuan kader itu sendiri. Selain skill dasar dan wawasan global, setiap kader harus memiliki pengetahuan yang memadai.
Terampil, terlatih dan cekatan dalam hal-hal yang memang penting untuk kehidupan umat, bangsa dan negara.
Aspek seperti teknologi, ilmu pengetahuan, bisnis hingga pertanian dan manufaktur sudah mulai harus menjadi bagian tak terpisahkan dari dunia pembelajaran segenap kader Hidayatullah.
Kedua, kemampuan menciptakan inovasi dan kreativitas dalam menjawab problem sosial, ekonomi, bahkan politik kebangsaan dengan nilai-nilai adiluhung.
Karena itu jalan utama untuk segenap kader Hidayatullah mampu mengambil peran ikut serta memberikan kontribusi penting bagi kemajuan bangsa dan negara.
Ketiga, meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Produktivitas sendiri akan mendorong segenap SDM Hidayatullah memiliki sikap progresif, terampil, terlatih dan memiliki motivasi tinggi untuk lebih produktif dan efisien dalam kerja-kerja mereka.
Kuncinya Pendidikan
Tentu banyak hal lain lagi yang bisa menjadi upaya kolektif Hidayatullah untuk selanjutnya bersinergi dan kolaborasi dengan berbagai pihak, mulai dari pemerintah hingga swasta, bahkan individu berpengaruh.
Baca Lagi: Coldplay, Ekonomi dan Suara Ulama
“Pendidikan harus bisa menjadi ‘pabrik-pabrik’ kader kita, melahirkan kader-kader yang punya kualifikasi” tegas Ustadz Hamzah Akbar.
Kuncinya ada pada pendidikan, pelatihan dan pengalaman.
Langkah-langkah itu sebenarnya tidak berubah dari masa ke masa, namun kesadaran dan komitmen akan menjadi pembeda, sejauh mana eksistensi kita bisa memberikan manfaat terbaik bagi umat, rakyat, bangsa, agama dan negara.
Apalagi Hidayatullah punya kekuatan khas, yakni spiritual. Dari sinilah poin utama yang boleh jadi merupakan pembeda yang umat nantikan dalam heterogenitas Indonesia.*