Juru bicara Partai Bharatiya Janata (BJP) Nupur Sharma memberikan komentar menghina Nabi Muhammad SAW saat debat yang tayang dalam siaran televisi nasional. Akibat dari komentarnya yang buruk itu kini India panen kecaman.
Atas kecaman yang begitu deras dari berbagai negara terhadap India, BJP pun segera memberikan respon dengan menskorsing Sharma sejak Ahad (5/6/22).
Sharma pun telah mengeluarkan permintaan maaf kepada publik pasca ucapannya yang berapi-api tentang Nabi Muhammad SAW.
Wanita 37 tahun itu bahkan mulai tampak khawatir bahkan ketakutan karena besarnya respon dunia mengecam penghinaan yang tak seharusnya terjadi itu.
Baca Juga: Melihat Kasus Larangan Jilbab di India
BJP sendiri adalah partai berkuasa India. Dalam kendali Modi, pemerintahan India belakangan sangat getol mengeluarkan kebijakan diskriminatif terhadap warga Muslim India.
Indonesia Mengecam
“Indonesia mengutuk keras pernyataan yang merendahkan Nabi Muhammad SAW oleh dua politisi India,” kata Kemlu sebagaimana CNBC Indonesia kutip dari Twitternya, Selasa (7/6/2022).
MUI pun tidak ketinggalan. Melalui Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Cholil Nafis.
“Kami mengecam siapapun yg menghina nabi dan agama yg kita yakini dengan alasan apapun,” ungkapnya melalui akun Twitter-nya @cholilnafis, Selasa (7/6/2022), sebagaimana dikutip oleh Hidayatullah.com.
“Jangan pernah menghina tokoh panutan orang lain kalau tidak mau dihina tokoh kita yang dikagumi. Inilah cara menjaga kedamaian, kesatuan dan toleransi antar umat beragama,” paparnya.
Muslim di India
Muslim di India berkisar 15% dari total 1,4 miliar jiwa. Itu berarti ada 200 juta penduduk beragama Islam di India. Sebuah prediksi menyebutkan pada 2035 Muslim di INdia akan lebih besar dari Indonesia. Potensial, Muslim terbesar dunia ke depan ada di India.
Apakah ini menjadi semacam pengendalian terhadap perkembangan Muslim secara kuantitatif di India sehingga umat Islam kerap dihina dan tidak mendapatkan keadilan. Tidak ada bukti kuat soal itu.
Meski upaya itu terus menguat, termasuk yang belakangan sedang memanas, selalu ada orang India yang mendapat hidayah.
Seperti yang tertuang dalam buku “Kisah Mualaf, Mencari Jalan Menuju Surga” karya Hamid Sakti Wibowo.
Kisah dalam buku itu menampilkan seorang Siddharth yang kemudian mengubah namanya menjadi Shadab ketika memutuskan diri menjadi Muslim 2012 silam.
Shadab dulunya seorang Hindu yang taat. Setiap Selasa dan Sabtu selalu berdoa ke kuil. Namun akhirnya ia tertarik kepada Islam.
“Dalam Islam, baik itu pengemis atau bankir, semua berdiri dalam barisan yang sama untuk sholat, semua sama di mata Islam. Kamu tidak harus kaya atau dilahirkan dalam kategori sosial tertentu untuk bisa dekat dengan Allah,” jelasnya.
Pesan Hamka
Kalau diri sendiri yang mendapat hinaan, Islam memandang itu hanya perlu satu tindakan, berikan maaf dan lupakan. Tetapi tidak demikian halnya kalau Nabi Muhammad SAW yang dihina.
Hamka memberikan pesan tegas.
“Apabila ghirah telah tak ada lagi, ucapkanlah takbir empat kali ke dalam tubuh umat Islam itu. Kocongkan kain kafannya lalu masukkan ke dalam beranda dan antarkan ke kuburan.”
Ghirah artinya cemburu. Dalam buku “Ghirah Cemburu Karena Allah” Buya Hamka menampilkan kisah Imam Bonjol.
“Tuanku Imam Bonjol bermaksud hendak mengundurkan diri dari medang perang. Namun, setelah melihat masjid diambil menjadi kandang kuda beliau tidak jadi mengundurkan diri.
Baca Juga: Transformasi Kejahatan
Beliau menyentak pedangnya, walaupun ia sudah tua!
Tidak dihitungya lagi apakah ia akan kalah atau akan menang.
Apakah ia akan hidup atau akan mati. (Sebab) Tidak melawan itulah yang mati. Sebab, tidak ada lagi ghirah!
Orang Islam tidak fanatik! Namun, ia pun tidak pula dayust, yaitu tebal kuping dan tebal muka.”
Kemudian Buya Hamka mengutip ungkapan Sayyidina Ali ra.
“Sangat awaslah kalau harta bendanya tersinggung, tetapi tak ada perasaannya apabila agamanya kena musibah.”*