Home Hikmah Indahnya Kisah Relasi Sufyan Ats-Tsauri dengan Pejabat
Indahnya Kisah Relasi Sufyan Ats-Tsauri dengan Pejabat

Indahnya Kisah Relasi Sufyan Ats-Tsauri dengan Pejabat

by Imam Nawawi

Sekarang, rasa-rasanya orang sangat senang kalau bisa bertemu dengan pejabat. Terlebih kalau pejabat itu baik hati dan dermawan. Namun, berbeda halnya dengan Sufyan Ats-Tsauri, beliau sosok ulama yang dalam hidupnya, pikirannya adalah hari pasca kematian. Luar biasa indah.

“Ya Harun Al Rasyid! Ketahuilah bahwa setiap manusia itu akan menemui ajalnya. Di antara mereka ada yang beruntung dengan membawa amal, dan ada pula yang merugi di dunia dan di akhirat. Engkaupun tentu akan mendapat giliran kematian itu. Ya Harun Al Rasyid! Berhati-hatilah dalam kehidupan di dunia ini. Ujian dan cobaan selalu mengintaimu. Dan nasehat yang paling baik adalah nasihat dari dirimu sendiri.”

Baca Juga: Sejarah Tulisan

Kalimat itu adalah surat Sufyan Ats-Tsauri kepada Khalifah kala itu, Harun Al Rasyid.

Berdagang

Sufyan Ats-Tsauri sejak belia memang telah memahami bagaimana kehidupan “istana.”

Maka beliau sejak awal memilih berdagang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Hal itu agar ia tidak mudah atau jangan sampai menerima pemberian orang, bahkan teman sendiri sekalipun. Apalagi pemberian dari pejabat.

Bagi Sufyan Ats-Tsauri, harta pejabat itu adalah harta negara, tentu saja itu harta rakyat. Dan, pemberian dari pejabat (boleh jadi) terkandung unsur syubhat, meragukan dan (tentu saja) belum jelas.

Sikap itu menjadikan Sufyan Ats-Tsauri tidak terhambat oleh apapun untuk berkata tentang kebenaran. Ia tidak takut mengemukakan pendapat, bahkan kritik terhadap penguasa.

Pemimpin Visioner

Kaum cerdik pandai, bahkan ulama, sebenarnya pihak yang sangat Indonesia butuhkan untuk kebaikan perjalanan bangsa dan negara.

Pemimpin yang visioner tidak akan menyeret-nyeret mereka ke ranah praktis dalam politik, apalagi menjadi “anggota” untuk kepentingannya.

Para pemimpin dan calon pemimpin harus menyadari bahwa ulama bukan untuk jadi tukang stempel keputusan yang diri sendiri sebenarnya menyadari itu keliru.

Baca Lagi: Literasi dan Masa Depan Kita

Ulama, cerdik pandai dan intelektual, harus didukung oleh pemerintah secara halal dan baik, untuk memberikan nasihat terbaik bagi laju kemajuan Indonesia.

Dengan demikian, harapan Indonesia maju jiwa dan raga dapat kita rasakan bersama-sama. Dari kisah ulama besar Sufyan Ats-Tsauri kita bisa belajar, bahwa ulama harus diberi kebebasan berbicara, berfatwa sesuai kebenaran ajaran Islam.*

Mas Imam Nawawi

 

Related Posts

Leave a Comment