Mas Imam Nawawi

- Kajian Utama

Iman Tapi Gak Nyaman, Kok Bisa?

Berapa orang yang dia tekun ibadah tapi hatinya sering tak nyaman. Mungkin kita pernah bertemu dengan orang seperti itu. Boleh jadi juga pernah mengalami. Mengapa kadang kala, iman, belum mampu membuat hati tenang? Seperti akar pohon, iman yang kurang nutrisi tak akan mampu menembus tanah dengan tajam. Selain itu juga akan sulit mengirim nutrisi ke […]

Iman

Berapa orang yang dia tekun ibadah tapi hatinya sering tak nyaman. Mungkin kita pernah bertemu dengan orang seperti itu. Boleh jadi juga pernah mengalami. Mengapa kadang kala, iman, belum mampu membuat hati tenang?

Seperti akar pohon, iman yang kurang nutrisi tak akan mampu menembus tanah dengan tajam. Selain itu juga akan sulit mengirim nutrisi ke seluruh bagian pohon. Begitu pun iman yang tak kokoh, tak mampu menyuplai kebutuhan gizi bagi ruhani.

Tak hanya itu, akar yang lemah juga rentan terhadap penyakit. Selanjutnya kinerjanya menjadi tidak maksimal dan tidak mampu bekerja secara normal.

Akibatnya ruhani sakit dan akhirnya mati. Kata pendiri Hidayatullah, Ust. Abdullah Said, masalah justru semakin runyam kalau ruhani yang mati. Sebab kematian ruhani lain cerita dengan kematian jasmani. Kalau jasmani mati, dia selesai urusan. Tapi kalau ruhani yang mati, semakin buruk kondisi hati. Semakin tidak baik perilaku sehari-hari seseorang.

Wahai Orang Beriman

Oleh karena itu perkara yang harus kita perhatikan secara serius dan komprehensif adalah iman. Apakah dia baik-baik saja?

Orang beriman akan sadar bahwa semua yang ada dalam kehidupan dunia ini bentuk dari kehendak-Nya.

Dengan demikian hatinya akan jauh dari penyakit hati. Seperti hasad, tamak, buruk sangka, riya’, sum’ah, nifaq, ujub, takabur dan lain sebagainya.

Coba perhatikan baik-baik, apa yang membuat orang iri? Jelas ketidakdewasaan. Tapi mengapa ketidakdewasaan itu muncul? Pasti karena buruk sangka.

Kalau kita kembali pada kisah Nabi Yusuf as, orang yang iri dan melampiaskan kedengkiannya, tidak pernah bertemu kebahagiaan. Perhatikan nasib dari saudara Nabi Yusuf as.

Mereka mengira dengan hilangnya Yusuf dari rumah, cinta sang ayah (Nabi Ya’kub) akan melimpah kepada mereka. Namun yang terjadi sebaliknya. Semakin Yusuf tak tampak, semakin cinta Nabi Ya’qub kepada Nabi Yusuf bak ombak. Terus menggulung. Selalu menyapa pantai.

Semakin Iman Semakin Nyaman

Iman itu menenangkan. Sebab iman adalah sikap percaya kepada Allah SWT yang membuat hati tidak ragu akan pertolongan-Nya.

Secara khusus iman itu penguat kebaikan. Maka dari itu kalau muncul perasaan marah, senang pada hal-hal duniawi secara berlebihan, tarik napas dan berhenti. Ubah cara berpikir. Ingat, hanya Allah yang bisa menyelamatkan hidup kita. Bukan harta, apalagi jabatan.

Namun, untuk sampai pada level itu kita butuh kesadaran dan kesungguhan dalam merawat iman. Ini bukan perkara mudah. Tapi kita tetap harus bermujahadah.

Setidaknya sekarang kita sudah sadar bahwa iman bukan soal keyakinan biasa. Iman adalah seperti akar pohon yang baik. Ia terus menembus pada kedalaman. Kemudian menjulangkan cabang pohon setinggi-tingginya, melawan angin, menantang terik dengan kekuatan terbaik.*

Mas Imam Nawawi

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *