Ilmu yang sejati ini jarang mendapat perhatian dari banyak orang. Apa itu ilmu yang sejati?
Yakni ilmu yang mengantarkan hati kita tenang dalam menjalani dinamika kehidupan dunia ini apapun yang kita hadapi.
Tenang dalam hal ini adalah jiwa seseorang tidak tertarik melakukan keburukan apalagi merugikan orang lain. Bahkan ia selalu berusaha tidak melupakan aturan-aturan Allah SWT.
Sebagai contoh, ketika seseorang ingin memiliki mobil. Ia akan berupaya menghimpun uang, menambah kreativitas agar mendapat penghasilan yang memadai, tanpa merugikan orang lain.
Akan tetapi, jika seseorang tidak sabar (kata tidak sabar ini sudah menunjukkan tidak memiliki ilmu sejati), meski ia mengerti matematika, punya jaringan dan kenalan yang luas, maka ia akan mengambil mobil orang, bagaimanapun caranya.
Baca Juga: Berbagi Kemuliaan dengan Ilmu
Bisa dengan mencuri, sebagaimana belakangan viral seseorang dengan mudah nyolong mobil pickup di waktu malam.
Sangat mungkin juga seperti berita yang sangat viral, orang yang menembak pemilik mobil rental di rest area tol. Seketika penembak itu bisa menguasai mobil itu. Tetapi apakah ia bisa merajai dengan tenang?
Membunuh bos rental saja itu sudah satu kesalahan yang mengganggu ketenangan hidupnya. Lebih-lebih ia menggondol mobil yang jelas nuraninya paham, itu bukan miliknya. Dalam hitungan jam, urusan hukum bisa menangkap penembak itu. Bagaimana kalau nanti di hadapan Allah?
Sadar Nikmat Rahman dan Rahim Allah
Kebanyakan manusia menganggap hidup yang bahagia itu ketika semua hal yang berkaitan dengan harta ada dalam genggaman. Punya mobil mewah, rumah megah dan seterusnya.
Padahal itu adalah nikmat Allah yang Rahman. Sebuah nikmat yang dalam penjelasan Ust. Oemar Mita Allah berikan kepada siapapun. Bahkan orang-orang yang tidak beriman pun sama, Allah bagikan.
Akan tetapi nikmat seperti kesabaran menghadapi pasangan, kelapangan hati dalam mendidik anak. Kemudian kesempatan duduk di taman ilmu. Semua itu adalah kenikmatan yang Allah berikan karena sifat Allah yang Rahim. Nikmat seperti itu adalah karunia yang bersifat limited edition.
Oleh karena itu Ust. Oemar Mita mendorong kita untuk sesering mungkin mendatangi taman (majelis) ilmu, karena dengan tiu Allah akan mendekatkan kita dengan Surga.
Surga dalam konteks kehidupan sekarang, bisa kita pahami dengan sederhana. Yakni ketika kita merasa nyaman, tenang dan bahagia karena sadar Allah sebagai Tuhan kita, sehingga kita tidak merasa perlu melakukan pelanggaran. Dalam bahasa Gus Baha, kita bisa bahagia dan amat bahagia karena senang dalam ketaatan kepada-Nya.
Orang Berilmu
Sekarang tiba waktunya kita mentadabburi ayat Alquran tentang satu peristiwa di masa Nabi Musa as, yakni Qarun.
Ketika Qarun keluar dengan segenap kekayaannya, orang yang menghendaki kehidupan dunia berkata: “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.” (QS 28:79).
Namun, berbeda halnya dengan ucapan orang-orang yang Allah anugerahi ilmu (ilmu yang sejati).
“Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar.” (QS. 28: 80).
Siapa orang berilmu yang sejati itu? Yakni yang tidak tertipu oleh kemewahan dunia. Perhatikan baik-baik, Qarun itu masalahnya sombong karena harta. Allah benci. Bagaimana kalau ada orang kaya lalu sombong dan cara mendapat kekayaannya juga melanggar aturan-Nya?
Islam tidak melarang orang memiliki kekayaan harta. Tetapi jadilah orang kaya yang punya ilmu, layaknya Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf dan lain-lainnya.
Pada akhirnya kita bisa memahami, ilmu yang sejati adalah ilmu yang menjadikan mata hati manusia sadar bahwa dunia sementara dengan segala gemerlapnya.
Kemudian juga meyakini setelah dunia akan ada kehidupan akhirat. Atas dasar itulah ia berhati-hati, berpuas diri dengan apa yang Allah berikan, lalu mereka hidup dengan berupaya menjadi cahaya bagi siapapun.*