Home Artikel Idul Fitri itu Apa?
Idul Fitri

Idul Fitri itu Apa?

by Imam Nawawi

Sekalipun banyak orang berkata “Selamat Hari Raya Idul Fitri” rasanya belum banyak yang mengerti apa sebenarnya Idul Fitri itu.

Bukti akan hal itu bisa kita lihat dari perilaku sebagian orang yang berubah drastis. Kala puasa komitmen terhadap jadwal shalat, begitu lebaran komitmen mulai longgar.

Makan yang tadinya tertib dan terbatas, begitu lebaran langsung hilang pengendalian. Maka fenomenanya umum, banyak orang kena diare ketika lebaran. Satu sebabnya, makan yang kembali kepas kendali.

Tentu kita tidak bisa mengukur secara pasti, apakah religiusitas umat Islam terjun bebas setelah Ramadan lepas landas. Akan tetapi, fenomena itu bisa kita maknai dengan sudut pandang yang sama. Yakni sejauh mana takwa bertahan dalam diri, ketika bertemu Idul Fitri.

Makna Idul Fitri

Idul Fitri artinya hari raya fitrah. Hari raya kesucian manusia. Bisa juga bermakna hari kembalinya kesucian kepada kita. Artinya kita sadar sebagai manusia kembali kepada fitrah.

Kondisi dasar manusia yang hanya suka dan mau menjalani kehidupan dengan nilai-nilain kebenaran dan keindahan.

Ketika manusia kembali suci, sudah barang tentu, pikiran, ucapan dan tindakan mencerminkan kesucian itu sendiri.

Kita mesti punya kesadaran sekaligus komitmen terhadap tegaknya human relation yang harmonis. Yaitu dengan akhlakul karimah. Ada kesadaran dan keinginan untuk selalu berbuat baik kepada orang lain.

Suci artinya peduli, tidak ananiah (egois). Kita mesti berjuang tidak menjadi insan yang emosional dan destruktif.

Kembali sebagai Hamba

Manusia secara hakikat adalah hamba Allah. Idul Fitri mendorong kita sadar bahwa cara terbaik menjadi hamba adalah dengan memendarkan cahaya Ilahi.

Tidak akan sampai pada keimanan yang paripurna, orang yang masih merasa dirinya hebat karena pikiran, kekayaan, jabatan dan hal-hal keduniawian.

Idul Fitri mengajak kita kembali sadar akan eksistensi dasar sebagai manusia, yakni hamba. Namanya hamba tentu 100% ikut perintah majikan. Majikan dalam hal ini adalah Allah SWT.

Dalam kata lain kalau ada orang bertemu Idul Fitri lalu perilakunya mulai longgar dan negatif, maka ia telah gagal dalam puasa Ramadan. Artinya derajat takwa masih harus ia kejar dengan seluruh sisa hidupnya.

Jangan sampai karena Idul Fitri kita lalai. Idul Fitri mengajak kita lepas dari perangkap ilusi ciptaan manusia sendiri. Entah itu namanya saintisme, kritisisme, subjektivisme, relativisme, psikologisme, dan lain-lainnya.

Tantangan manusia era kini adalah bagaimana mampu menjadi hamba Allah. Tidak terjebak pada mesin besar karya manusia. Yang semakin besar dan berkembang ciptaannya, semakin manusia tak mampu mengendalikannya lagi.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment