Jarum jam menunjuk pukul 23.30. Kereta yang kunaiki dari Stasiun Pasar Senen baru saja menghentikan lajunya. Stasiun Tawang, Semarang, basah kuyup. Hujan deras mengguyur tanpa ampun.
Suara gemuruh kereta bersahutan dengan derai air. Beberapa penumpang yang menunggu di kursi dekat rel terkena tempias. Mereka kompak bergeser ke kursi yang lebih dalam.
Kurasakan, di peron yang lengang, terasa sekali betapa diri tak punya daya. Alam seperti sedang menunjukkan kuasa Allah SWT. Mau melawan?
Tak lama, Bang Yusran yang menjemput mengirimkan video melalui WA sedang menuju stasiun. Tampak jelas hujan yang belum genap 1 jam dalam hitunganku telah menggenangi ruas jalan.
Merenung
Malam itu, saya merenung. Betapa kecilnya manusia di hadapan Sang Pencipta. Betapa ruginya manusia yang melihat keuntungan dari dusta.
Tapi, di balik derasnya hujan, ada kekuatan yang tersembunyi. Kekuatan untuk terus melangkah, menerjang badai kehidupan.
Kalau Bang Yus menghentikan langkahnya, apalagi sampai balik kanan, maka saya tidak akan mengisi waktu berikutnya sebagaimana agenda. Jadi, maju terus dalam kebaikan.
Hikmah
Kalau kita mau berpikir mendalam, sungguh semua hal mengandung hikmah luar biasa.
Air hujan, apalagi yang deras di tengah malam seperti itu, memang membuat diri ciut. Langkah terhenti dan sebagian orang mungkin kesal.
Namun kita harus tahu, air hujan cekatan membersihkan debu. Bukan hanya di jalanan, tapi juga di hati. Bahkan lebih jauh ia menyapa akar pepohonan agar lebih giat menumbuhkan batang, dahan, ranting, daun hingga buah. Ayo menari, kata hujan kepada akar.
Segala penat dan beban terasa luruh. Hujan juga memberi kesempatan untuk membersihkan diri. Bersih dari segala hal yang membebani jiwa. Meringankan akal untuk tak terus menggenggam masalah. Tapi sadar akan kuasa Allah yang kaya akan barokah.
Momen kegelapan malam yang menyelimuti stasiun bagiku sangat istimewa. Sunyi, tenang dan dingin.
Baca Lagi: Anak Muda Berdakwalah
Hanya ada suara hujan dan gemericik air. Saat yang tepat untuk introspeksi.
Malam yang hening membuat kita jujur pada diri sendiri.
Sumber Kehidupan
Hujan adalah sumber kehidupan. Tanpanya, semua akan mati. Layu.
Hujan mengajarkan kita untuk terus tumbuh. Berkembang. Walau badai menerpa.
Jadi jangan merasa asa hidup tak perlu menyala. Sungguh pintu-pintu kebaikan terus terbuka. Terang maupun gelap. Terik ataupun hujan, kita tetap harus optimis, komitmen pada nilai untuk mencapai tujuan.
Kalau kata Kang Maman dalam buku “Sundul Gan” kita punya tugas 4-as. Yakni, kerja ikhlas, kerja tangkas, kerja cerdas, dan kerja keras.
Hujan memang membuat kita sejenak berhenti. Namun tak berarti mengubah tujuan apalagi melemahkan semangat dalam menebar kebaikan.*