Home Kajian Utama Hijrah Nabi SAW dan Hijrah Kini
Hijrah Nabi SAW dan Hijrah Kini

Hijrah Nabi SAW dan Hijrah Kini

by Imam Nawawi

Hijrah Nabi SAW menjadi inspirasi dunia yang tak pernah padam. Patut kalau kita pun memaknai bagaimana hijrah masa kini.

Secara historis hijrah merupakan momentum perpindahan Nabi Muhammad SAW dari makkah ke Madinah, yang terjadi pada 622 Masehi.

Secara umum, hijrah menjadi predisposisi karena besarnya penindasan, penganiayaan, bahkan pembunuhan yang umat Islam rasakan dari kebiadaban orang-orang kafir Quraisy.

Baca Juga: Ambil Keputusan Hijrah

Tentu saja hijrah bukan perjalanan mudah. Dalam hijrah ada banyak tantangan, pengorbanan dan tentu saja keajaiban yang Nabi Muhammad SAW rasakan dan jadi pelajaran kita hingga sekarang.

Hijrah dalam hal ini menjadi bukti bahwa umat Islam yakin hanya Allah pelindung mereka. Sedangkan orang-orang kafir, tiada pelindung bagi mereka (QS. 47: 11).

Setelah melangsungkan perjalanan selama dua pekan, Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar ra, akhirnya tiba di Quba, sebuah tempat di pinggiran Madinah. Para sahabat Anshar pun menyambut dengan penuh suka cita.

Nabi Muhammad SAW selanjutnya meneruskan perjalanan ke Madinah dengan mengendarai unta bernama Qashwa’.

Unta itu melangkah hingga sampai di halaman rumah Abu Ayyub Al-Anshari, seorang sahabat yang tempat tinggalnya menjadi loka singgah Rasulullah SAW pada hari pertama di Madinah Al-Munawwarah.

Makna

Untuk bisa memanifestasikan spirit hijrah pada masa itu dalam kehidupan sekarang, kita penting memahami makna hijrah itu sendiri.

Baca Lagi: 3 Hal Penting dalam Peristiwa Hijrah

Pertama, iman adalah perkara utama, kita harus memperjuangkannya walau harus dengan hijrah.

Kedua, perjalanan hijrah bukan perjalanan mudah, kita harus menyadari untuk bisa istiqomah.

Ketiga, perjalanan iman dalam hijrah perlu strategi, pemandu ulung dalam hal rute (grand design), agar dapat mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya.

Keempat, hijrah berarti memulai tatanan hidup baru yang seutuhnya berdasarkan dan berorientasi kepada keimanan, persaudaraan dan solidaritas bahkan soliditas.

Kelima, dalam hijrah kita mesti bertawakkal kepada Allah Ta’ala. Karena dalam hijrah kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Namun dengan tawakal kita akan mendapat energi dari Allah untuk terus melangkah.

Mulai dari Sekarang

Mengingat hijrah tidak ada lagi, kecuali yang terjadi pada masa Nabi SAW, maka yang tersisa saat ini adalah mengoptimalkan spirit hijrah. Itulah yang bisa kita lakukan dari sekarang.

Pertama, senantiasa meninggalkan segala ketidakbaikan (kemungkaran). Dan, terus berusaha mendekat kepada Allah.

Kedua, membangun kesadaran utama bahwa sebagai umat Islam satu sama lain harus membangun persaudaraan, solidaritas dan kerjasama untuk tegaknya peradaban Islam.

Ketiga, ini yang sangat substansi, hijrah adalah bagaimana diri kita meneladani akhlak Nabi Muhammad SAW. Sebagai Muslim sudah sewajarnya kita mengidolakan Nabi Muhammad SAW.

“Berhijrah adalah meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah.” (HR. Bukhari).

Jadi, hijrah adalah tentang mengubah diri sendiri, dari keburukan menuju kebaikan. dari kotor menjadi bersih. Dari maksiat menuju taat.

Insha Allah kita bisa berhijrah, sejauh memang sadar, mau dan sungguh-sungguh. Insha Allah akan tiba pertolongan-Nya.

Selamat Tahun Baru Islam ke 1445 H.*

Mas Imam Nawawi

 

Related Posts

Leave a Comment