Hidup itu sederhana, kata sebagian orang. Buya Hamka bilang, hidup itu perjuangan. Namun, apapun, hidup itu bagaimana punya niat ibadah, bisa kontributif dan kaya manfaat.
Hidup bukan tentang apa masalah yang melanda. Bagaimana bisa mengeluh, galau dan curhat. Bahkan apa yang bisa jadi bahan untuk flexing.
Baca Juga: Menulis untuk Bermanfaat
HIdup adalah tentang bagaimana kita memberi efek positif dimanapun kita berada. Bisa memberi nilai tambah dalam pergaulan. Lebih jauh bagaimana kita bisa memberi nilai tambah bagi orang lain.
Pantas jika Nabi SAW menegaskan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bisa memberikan manfaat bagi manusia.
Saya menulis melalui website ini juga dalam rangka itu, memberikan kebaikan walau ringan. Perlu saya tulis agar malaikat bisa mencatat (canda ala Gus Baha).
Ilmu
Dalam hal ilmu, Islam tegas, bahwa siapapun yang mau menuntut ilmu, perhatikan niatnya.
“Barangsiapa mempelajari ilmu untuk mendebat ulama, merendahkan orang-orang bodoh, serta memalingkan perhatian manusia kepadanya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka jahanam” (HR. Ibnu Majah).
Hal itu karena ilmu dalam Islam adalah cahaya. Cahaya itu dari Allah, tugas kita membantu orang lain mendapatkan sinar dari cahaya berupa ilmu.
Maka, idealnya orang-orang yang berilmu (bukan hanya yang bergelar akademik) wajib untuk menyebarkan ilmu itu.
Dengan cara itu akan lahir generasi cerdas. Akan tertib kehidupan sosial. Dan, dengan ilmu itu akan tercipta lingkungan yang kondusif bagi kebaikan.
Nah, dalam konteks ini, siapapun orang yang punya ilmu itu, menteri, DPR, polisi, TNI atau apapun, ia wajib menjadi insan kontributif dan bermanfaat dengan ilmu yang telah mereka miliki.
Tidak boleh mereka diam saja ketika ada kemungkaran. Ilmu yang ada dalam dadanya harus bersuara. Agar tidak terjadi kemunduran dan kehancuran.
Dalam buku Islam, Revolusi & Ideologi, Buya Hamka berkata bahwa kemunduran dalam Islam terjadi karena ahli-ahli ilmu (pikir) tidak lagi berani bersuara tentang kebenaran.
Banyak Kebaikan
Hidup di era digital, sungguh kebaikan sangat banyak dan mudah untuk siapapun melakukannya.
Baca Lagi: Jangan Sampai Menyesal
Saya senang dan takjub kepada teman-teman muda yang komitmen dan konsisten mengisi berbagai platform media sosial dengan konten edukasi dan dakwah.
Ada sahabat muda yang tinggal di Serang, Banten. Ia aktif mengisi tiktok dengan “debat” tentang teologi. Banyak pihak terlibat, sehingga hal itu memberi pengaruh kepada banyak orang ikut mengisi tiktok dengan konten positif.
Ada pula sahabat saya yang berada di lereng gunung, tidak main media sosial, tetapi aktif dan ulet mendidik calon ibu generasi bangsa ini.
Ia tak pernah tampak wajahnya di media online dan media sosial, tapi murid-muridnya datang silih berganti.
Prinsipnya hiduplah dengan kebaikan. Hadirkan kebermanfaatan yang bisa orang lain rasakan. Jadilah kontributif, berpikirlah untuk memberi. Bukan meminta-minta.
Sungguh, orang kaya materi sekalipun, pejabat kah dia, pengusaha kah dia, kalau tidak ada niat memberi, tapi malah rakus meminta, hidupnya tidak lebih baik dari binatang ternak.*