Sahabat sekalian, hidup ini bagaimana bisa berarti, memberi manfaat bagi sesama. Bukan menang sendiri, apalagi sampai senang saling mematikan.
Ungkapan “jangan saling mematikan” itu saya temukan dari berita. Yakni kala Mendag RI Zulkifli Hasan mengunjungi Pusat Grosir Asemka, Jakarta Barat seperti laporan detik.com (29/9/23).
Warga (para pedagang) yang tahu Mendag datang langsung melontarkan keluhan.
Baca Juga: Kontribusi untuk Umat
Mereka mengatakan bahwa omzet-nya menurun dan dagangnya terus sepi imbas dari masifnya platform social commerce.
Predatory Pricing
Mendag Zulhas pun memberikan respon yang mengamini keluhan pedagang itu.
“Nah yang pertama, keluhan tadi yang saya tangkap, di sini kan pusat grosir mestinya murah, tapi yang dijual di online itu bisa separo harganya, jadi kayak di sini harga Rp. 120 ribu dijual langsung, di online bisa Rp. 60 ribu.”
Itu namanya praktik predatory pricing alias jual rugi melalui media sosial.
Sahabat mungkin pernah mendengar kata “predator” artinya pemangsa.
Mendag pun berencana mengatur dan menata kembali perdagangan yang ada agar tidak saling mematikan.
Raih Untung dengan Martabat
Islam tidak melarang orang menjadi kaya dengan menempuh jalan sebagai pengusaha.
Namun sebagai jalan hidup bahagia yang sempurna Islam memberikan aturan.
Jangan berdagang dengan mengurangi timbangan.
“Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu”. (QS. Ar-Rahman: 9).
Jangan menimbun barang dengan maksud memonopoli harga.
Rasulullah SAW bersabda, ‘’Tidaklah seseorang menimbun barang, melainkan pelaku maksiat.’’ (HR Muslim).
Baca Lagi: Menjadi Mahasiswa Ideologis, Tidak Sulit Kok!
Semoga kedepan, suasana dagang di Indonesia kembali kondusif.
Pada tahap ini kita berharap orang-orang memahami ajaran Islam dan mengamalkannya dengan baik. Dengan begitu semua akan hidup usahanya, saling menguatkan dan menguntungkan dengan penuh martabat.*
Mas Imam Nawawi