Home Kajian Utama Hidup Tanpa Susah dan Gelisah, Begini Caranya!!!
Hidup tanpa susah dan gelisah itu harus senang

Hidup Tanpa Susah dan Gelisah, Begini Caranya!!!

by Mas Imam

Hari ini siapa yang dalam hidupnya tidak susah dan tidak gelisah. Presiden pun bisa saja gelisah kalau-kalau rakyat bergerak dan menuntut pengunduran diri.

Pejabat kelas menteri juga susah dan gelisah, jangan-jangan dicopot sama presiden karena dinilai tidak loyal dan berguna.

Para akademisi juga tidak sedikit yang susah dan gelisah kalau sampai tidak dapat proyek dan jabatan tertentu, sheingga berkurang pendapatan ekonominya.

Baca Juga: Mumpung Masih Muda

Pada akhirnya perasaan susah dan gelisah itu kalau dibiarkan mendorong hati manusia tidak ridha dengan keputusan Allah lalu berpikir dengan melakukan hal yang melanggar dirinya akan bahagia. Dan, ketika dilakukan justru semakin susah kehidupannya.

Berjuang untuk Senang

Gus Baha dalam satu kajiannya menjelaskan bahwa dalam hidup ini jangan gampang susah dan gelisah. Lama-lama bisa tidak ridha dengan takdir Tuhan.

Maka yang harus dilakukan oleh kita adalah berjuang untuk senang. Senang kadang harus dipaksakan. Dan itu berarti jangan terlalu mudah untuk susah.

“Apa yang ada di dalam Alquran itu kita pelajari lalu kita tiru. Misalnya sifatnya orang baik termasuk para wali Allah yang tidak punya rasa takut rasa gelisah. Nah itu harus kita tiru.

Karena kalau kita punya rasa gelisah itu biasanya lama-lama gak ridha sama Qadha-Qodar. Anda harus ceria,” tegas Gus Baha dalam satu tausiyahnya.

Kemudian beliau menjelaskan bagaimana hal itu diperjuangkan olehnya.

“Saya ini sebagai manusia sering susah. Tapi susah itu saya lepaskan. Susah itu saya hilangkan. Karena kalau saya rasakan susah terus, lama-lama saya tidak ridha sama Qadha-Qodar. Makanya saya paksa (berjuang) senang. Lama-lama terbiasa.

Sampai saya sekarang ini tidak bisa susah. Punya murid Anda tidak jelas (pun) tidak susah. Zaman akhir ada orang ngaji itu sudah hebat. Ada orang mendengar ngaji sudah hebat.

Ada orang tidak paham (tapi) datang ke pengajian itu juga hebat. Kalau datang karena paham kan wajar. Tapi kalau tidak paham tapi datang, itu kan, luar biasa,” katanya yang disambut tawa jama’ah pengajian Gus Baha.

Kemudian beliau tegaskan, “Intinya (orang) yang senang itu ibadah. Karena sifat wali itu tidak ada rasa takut dan tidak ada rasa susah gelisah.”

Pasti Terjadi

Hidup ini tidaklah berada di tangan manusia. Ada Allah yang mengatur semuanya, termasuk kehidupan setiap makhluknya, bahkan manusia. Oleh karena itu, sikap ridha merupakan wujud ma’rifat kepada Allah Ta’ala dengan sangat baik.

Suatu waktu Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah menjumpai Ady bin Hatim. Wajah Ady sangat muram.

Melihat itu, suami Siti Fatimah itu bertanya. “Mengapa engkau tampak bersedih hati?”

Adi pun menjawab, “Bagaimana aku tidak bersedih hati, dua orang anakku terbunuh dan mataku tercongkel dalam pertempuran?”

Ali pun terdiam haru. Lantas ayah dari Hasan dan Husein itu berkata, “Wahai Ady, barangsiapa ridha terhadap takdir Allah SWT maka takdir itu tetap berlaku atasnya dan dia mendapatkan pahala-Nya. Dan barang siapa tidak ridha terhadap takdir-NYa, maka ha itu pun tetap berlaku atasnya dan terhapus amalnya.”

Kisah lainnya menyebutkan. Pernah suatu waktu Abu Darda’ melayat pada keluarga yang salah satu anggotanya wafat. Sikap keluarga itu ridha dan tabah serta memuji Allah SWT.

Maka Abu Darda’ berkata kepada mereka, “Engkau benar, sesungguhnya Allah SWT apabila memutuskan suatu perkara, maka Dia senang jika takdir-Nya itu diterima dengan rela atau ridha.”

Sekarang mari cek ke dalam diri kita. Apa yang sesungguhnya harus membuat kita susah?

Misalnya, wajah kurang cantik, merasa tubuh kurang ideal, atau uang kurang banyak, bahkan misalnya mobil kurang mewah dan rumah kurang megah?

Jika itu yang menjadikan seseorang takut dan susah lantas ia menghabiskan segenap pikiran, energi bahkan biaya untuk mendapat pujian manusia dengan semua hal yang sifatnya fisik tadi dinilai kurang, maka sungguh itu adalah urusan yang sia-sia.

Atau seseorang takut dan susah kalau jabatannya berakhir, karena itu ia menggunakan segala cara untuk terus bisa di jabatan tertentu. Maka itu pun sebuah pilihan hidup yang salah. Dan, kalau terus dilakukan maka dari waktu ke waktu yang pasti hadir dalam hidupnya hanyalah kesusahan.

Baca Juga: Indonesia “Tanpa” Pemimpin?

Jadi, mari kembali mengenal Allah lalu yakin bahwa sepenuhnya hidup ini di bawah kendali Allah Ta’ala.

Tugas kita beribadah dengan baik dan mengelola alam ini dengan baik sebagaimana perintah dan larangan-Nya.
Selebihnya, biarlah Allah yang tentukan. Sudah pasti, mustahil Allah mendatangkan kesusahan dan ketakutan kepada hamba-Nya yang beriman.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment