Home Kajian Utama Hidup Sederhana, Senang Berkarya itu Membahagiakan
Hidup Sederhana, Senang Berkarya itu Membahagiakan

Hidup Sederhana, Senang Berkarya itu Membahagiakan

by Imam Nawawi

Dalam gejolak dunia modern yang dipenuhi dengan keinginan akan kemewahan dan gemerlap kekayaan, seringkali kita lupa akan esensi sejati kebahagiaan dan pencapaian yang bermakna. Padahal hidup sederhana, bermanfaat, penuh karya, itu benar-benar membahagiakan.

Hidup sederhana bukanlah sekadar tentang membatasi diri dalam materi, tetapi lebih dari itu, ia merupakan landasan bagi sebuah perjalanan menuju kesempurnaan diri dan pencapaian karya besar.

Sebagai makhluk yang berpikir dan merenung, kita diajak untuk menengok ke dalam diri kita sendiri. Pertanyaan sederhana pun muncul: apa sebenarnya yang kita cari dalam hidup ini?

Apakah kekayaan dan kemewahan, ataukah kebahagiaan sejati dan arti yang mendalam?

Orang bijak selalu mengatakan bahwa kehidupan yang bermakna tidaklah terletak pada seberapa besar harta yang kita kumpulkan, melainkan pada jejak (legacy) yang kita tinggalkan di dunia ini.

Dan, ketika kita memperhatikan para tokoh besar dalam sejarah, baik itu dalam ranah agama, budaya, atau ilmu pengetahuan, pola yang sama selalu tergambar: kesederhanaan sebagai kunci utama dalam meraih kesuksesan sejati.

Baca Juga: Mumpung Masih Muda, Pesan Penting Ustadz Sholeh Hasyim

Lihat pendiri Gontor, bukan orang yang melihat harta sebagai kemuliaan. Pun Bung Hatta, M. Natsir, tak menjadikan jabatan sebagai legitimasi sosial dirinya berhak hidup mewah dan memiliki kediaman megah.

Mimpi Besar

Dalam kesederhanaan raga, terbentanglah mimpi besar.

Ketika kita tidak terbelenggu oleh hiruk pikuk kehidupan duniawi, pikiran kita terangkat ke arah yang lebih tinggi, mencapai tujuan yang lebih mulia.

Sebuah rumah yang sederhana mungkin tidak seindah istana, tetapi di dalamnya terdapat kehangatan dan kedamaian yang tidak ternilai harganya.

Coba datang ke rumah-rumah ulama dan intelektual yang tak berhenti berkarya, mereka biasa saja, sederhana. Sebaliknya, orang yang kaya raya, kadang kala tidak mampu berkarya, meski kekayaannya memungkinkan itu.

Orang-orang yang hidupnya penuh dengan karya dan prestasi yang membanggakan, seringkali adalah mereka yang menjadikan kesederhanaan sebagai landasan utama dalam kehidupan mereka.

Mereka memahami bahwa kehidupan ini adalah anugerah yang harus benar-benar bermanfaat bagi sesama.

Sebagaimana dalam sejarah peradaban Islam, ulama-ulama besar yang menjadi teladan bagi umat, mereka adalah sosok yang hidup dalam kesederhanaan namun memiliki mimpi besar untuk kebaikan umat manusia.

Maju atau Tidak?

Perhatikanlah bagaimana mereka menghabiskan waktu untuk beribadah, berdzikir, membaca, dan menulis.

Kesederhanaan hidup mereka tidak menghalangi mereka untuk terus berkarya dan memberikan manfaat bagi banyak orang.

Bahkan dalam urusan dagang pun, mereka tidak lalai untuk menyibukkan diri dalam berbagi rezeki kepada sesama yang memerlukan.

KH Imam Zarkasyi di Rubrik Embun Majalah Gontor (Edisi Februari 2024/Rajab-Sya’ban 1445 H) menitipkan pesan penting.

Orang yang cerdas, pandai, maju, apalagi bermanfaat, tidak bisa kita lihat dari pakaiannya, pakai dasi atau tidak. Yang pandai dansa, senang minum bir, yang kaya raya apalagi. Bukan yang itu.

Orang yang maju penuh karya ialah yang maju ekonominya, baik akhlaknya dan tidak melakukan penipuan. Kalau sekarang ya tidak korupsi, kolusi dan nepotisme.

Baca Lagi: Lelah Itu Perlu

Dengan demikian mulailah fokus pada apa yang bisa kita persembahkan kepada dunia dari hidup yang fana ini. Kemampuan sekecil apapun yang ada dalam diri kita, jangan pernah kita remehkan. Sungguh karya besar itu berangkat dari praktik nyata setiap detik, setiap hari. Tugas kita, pasang niat dan bismillah, mulai!*

Mas Imam Nawawi

 

Related Posts

Leave a Comment