Hidup penuh gairah, apakah ini masih menjadi tema utama dalam kehidupan kita saat ini? Kalau benar masih ada bahasan hidup penuh gairah apa tandanya? Kalau belum, bagaimana cara kita hadirkan semangat hidup penuh gairah?
Betapa banyak orang yang dalam hidup jiwa dan pikirannya tidak bergairah, karena telah dininabobokan oleh alam virtual. Bahagia kalau statusnya mendapat perhatian banyak orang, baik dalam bentuk like maupun komentar.
Dan, betapa juga tidak sedikit orang yang galau karena “rayuan” dunia online yang tak henti-hentinya dihujani oleh bergam tawaran, termasuk berhutang tanpa ba, bi, dan bu.
Baca Juga: Kekuasaan itu Amanah
Semakin seseorang hanyut dalam alam virtual ia seperti orang yang terlelap dalam tidur yang penuh warna mimpi. Suka atau susah, pada akhirnya itu disadari bukan sebuah fakta dan kenyataan.
Langkah Penuh Gairah
Lantas apa yang harus kita lakukan agar hidup penuh gairah?
Pertama, taklukkanlah kenyataan. Orang yang akan bahagia adalah yang sadar dirinya perlu bergerak, berjuang dan berkorban, lalu mengisi kenyataan dengan kebaikan-kebaikan. Seperti diungkapkan oleh Ustadz Abdullah Said, “Selamat datang di alam realita bukan alam cerita. Selamat berjuang di alam kenyataan, bukan pernyataan.”
Kedua, rasakanlah “jamuan-jamuan” Allah, mulai dari sholat berjama’ah, tilawah Alquran, atau bahkan membaca At-Tawajjuhat sebagai bentuk mujahadah diri menyirami ruhani agar selamat dari kehausan dan kekeringan.
Ketiga, bangun komunitas. Di alam virtual ada banyak grup, tapi di sana tak banyak yang benar-benar berhasil menjadi komunitas.
Fokus
Menurut Gus Hamid kala mengisi kuliah perdana STIS Hidayatullah Balikpapan menegaskan bahwa komunitas itu adalah himpunan orang yang setiap saat fokus membahas apa yang menjadi konsennya. Kalau komunitas ilmu maka sampai bercandanya pun ilmu. Demikian pula pada komunitas lain, seperti pendidik, dai, atau lainnya, maka ituah yang jadi konsennya setiap hari.
Baca Juga: Sikap Terbaik Menyikapi Covid-19
Apabila langkah ini berhasil dijalankan, insha Allah tidak akan ada hari melainkan diisi dengan kebaikan-kebaikan dengan penuh gairah.*
Mas Imam Nawawi
Depok, 23 Rabi’ul Awwal 1442 H