Saat kita coba merenungi hari demi hari yang kita lalui, mungkin kita punya kesepakatan yang sama, hidup itu datar. Begitu-begitu saja. Pagi bangun, sarapan, pergi bekerja, sore pulang, capek. Dan, istirahat. Selesai! Tetapi ada satu hal yang akan membuat kita terus bergerak dalam kebaikan walau melelahkan, yaitu tanggung jawab.
Kita sama-sama tahu apa itu tanggung jawab. Yakni melakukan semua tugas dan kewajiban dengan penuh kesungguhan. Termasuk siap menghadapi segala risiko atas perbuatan diri sendiri.
Jadi, kalau kita memandang hidup sebatas diri sendiri, memang tidak ada tanggung jawab yang harus dipanggul. Akan tetapi kalau kita ingat, sebagai anak punya orang tua, maka akan muncul tanggung jawab.
Tidak mengapa tidak jadi seorang presiden, namun diri harus menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua. Kesadaran akan hal itu menjadikan kita sebagai anak punya gairah. Baik dalam belajar, bekerja atau pun melakukan kebaikan-kebaikan untuk orang tua. Bahkan ketika orang tua telah meninggal dunia.
Imam Al-Qurthubi dalam kitab Al-Tadzkirah menukil hadits Nabi SAW.
“Amal-amal itu akan diperlihatkan kepada Allah pada hari Senin dan Kamis, dan akan diperlihatkan kepada para nabi dan para bapak dan ibu (orang tua) pada hari Jumat. Maka bergembira mereka dengan amal-amal yang baik (yang dilakukan keluarganya), wajah mereka putih cerah, Sebab itu bertakwalah pada Allah dan jangan menyakiti orang yang telah meninggal (dengan perbuatan buruk).”
Bangun
Dengan demikian walaupun hidup seakan datar, tetaplah bersemangat. Karena kita punya tanggung jawab.
Baca Juga: Siapa Orang Baik Itu?
Orang yang punya tanggung jawab biasanya mudah untuk bersungguh-sungguh dalam segala hal. Ia akan selalu berusaha melakukan yang terbaik. Tertib atau disiplin dalam hal waktu. Dapat dipercaya bahkan diandalkan dalam perkara-perkara kecil maupun penting. Dan, berani menghadapi risiko.
Jika semua itu ada dalam diri seseorang atau sedang orang upayakan dalam hidupnya, maka ia sedang membangun mentalitas tanggung jawab dalam dirinya.
Mengapa Nabi Muhammad SAW melakukan tahajud hingga kedua kakinya bengkak? Nabi SAW mengatakan itu bentuk syukur kepada Allah. Akan tetapi, itu juga tanggung jawab Nabi kepada umatnya yang sebagian besar tidak beliau dampingi layaknya kehidupan para sahabat.
Bukankah kabar Nabi SAW shalat seperti itu membuat kita teguh keyakinan bahwa Rasulullah SAW memang idola, panutan dan teladan kita?
Menginspirasi
Sisi yang sangat menarik dari orang yang tinggi rasa tanggung jawabnya adalah ia tuntas dalam bekerja. Ia mampu menuntaskan amanah dengan baik. Bahkan ia bisa melakukan saat orang sedang terlelap tidur. Ia siap bertarung pada siang hari dengan agenda yang begitu padat.
Baca Lagi: Syawal Pengesahan Ramadhan
Dan, biasanya orang-orang yang punya tanggung jawab akan banyak memberi contoh daripada bicara yang tak tentu arah.
Kalau ada seorang pemimpin, kemampuannya hanya bisa menyalahkan bawahan, tidak usah ragu untuk bersikap. Pemimpin seperti itu tidak mengerti bagaimana bekerja dan ia tidak bisa bertanggung jawab dengan baik. Maka, perbaiki skill, tajamkan kemampuan berpikir dan perkuat karakter baik dalam diri.
Kelak, seiring perjalanan waktu, saat tiba waktunya memimpin, kita bisa melakukan perubahan. Karena kita terbiasa membangun tanggung jawab. Bukan tampil seakan-akan bertanggung jawab, namun sejatinya tidak mengerti apa itu tanggung jawab.*