Hidup dengan spirit ketaatan merupakan satu pilihan seorang pemuda asal Bengkulu. Sobirin namanya. Pada 2013 usai tugas dakwah di Kudus, ia berangkat tugas ke Kutai Kartanegara.
Dunia memang tidak luas, kala berangkat ke Tenggarong untuk jalankan tugas dakwah berikutnya ia bertemu dengan seniornya dahulu di Bengkulu, Ustadzz Endi Haryono.
Baca Juga: Dakwah dengan Qaulan Sadida
Ustadz Endi Haryono itulah yang kemudian menjadi salah satu inspirasi kehidupan Sobirin. Bahwa dalam dakwah ketaatan ialah yang utama.
Oleh karena itu perjumpaan dengan Ustadz Endi kala ia telah jalankan tugas dakwah menjadi pemantik kesadaran untuk taat yang lebih kuat.
Tugas yang Tak Sesuai
Sebagai senior yang sudah malang melintang dalam dunia dakwah, Ustadz Endi Haryono punya cara sendiri dalam meneguhkan spirit ketaatan kader.
Beberapa saat usai Sobirin tinggal di Marangan, Loa Kulu, Tenggarong, Kutai Kartanegara, Ustadz Endi memberikan sebuah pilihan tugas.
“Sobirin, mau tugas sebagai apa, amil atau guru?”
Sobirin pun mantap mmenjawab, siap tugas sebagai guru.
Mendengar pilihan itu, Ustadz Endi Haryono langsung memberikan tugas.
“Mulai besok antum tugas sebagai amil. Ya, amil BMH,” tegasnya.
Sobirin sempat terkejut. Tapi ia sadar. Bahwa dalam gerakan Hidayatullah, yang utama adalah ketaatan.
“Saya pikir ini kenapa berbalik-balik. Namun sebagai seorang kader tiada kata kecuali samina wa ato’na,” tutur Sobirin.
Lengkapi Lembaran Kesadaran
Usai berikan keputusan tugas sebagai amil, Ustadz Endi berpesan kepada Sobirin.
“Lengkapi lembaran kesadaranmu. Tugas ini akan membuatmu terlatih dakwah lapangan dan mengedukasi umat,” ungkapnya.
Sobirin pun meyakinkan diri walau pun ia tak begitu yakin akan keberhasilannya nanti dalam tugas.
“Pesan itu hingga sekarang selalu teringat. Perjalanan penugasan sebagai seorang kader bermacam-macam telah saya lalui, mulai dari mengasuh para santri di asrama, menjadi guru, pernah juga menjadi ketua salah satu perguruan tinggi rintisan di Samarinda.
Baca Lagi: Dakwah Islam di Papua Barat
Tugas mencari dana ke donatur, dan sekarang membuka lahan kosong seluas 7 ha untuk kami bangun Pondok Pesantren Tahfidzul Quran Riyadhul Huffazh Samarinda. Jujur pesan Ustadz Endi itu membuat saya selalu sadar akan amanah dakwah ini,” urai Sobirin.
Sobirin pun pada akhirnya memilih bahwa hidup yang terbaik ialah memberi manfaat seluas-luasnya bagi umat manusia.
“Alhamdulillah, dakwah bersama Pesantren Hidayatullah dengan spirit hidup ketaatan, melatih jiwa dan kesadaran saya akan langkah menjadi manusia yang bermanfaat itu,” tuutpnya.*