Hidup Bahagia dan Membahagiakan
Buya Hamka sangat terkenal dengan ucapannya, “Kalau manusia hidup sekadar bekerja maka kerbau di sawah pun bekerja.” Sepertinya hanya ungkapan fakta. Tetapi saya melihat bahwa itu adalah sebuah arahan agar kita hidup bahagia dan membahagiakan.
Ketika seseorang yang sejak kecil tekun belajar kemudian kalah besar menjadi seorang dokter dia pasti bahagia. Apalagi kalau dokter itu memang cita-citanya.
Baca Juga: Memulai Hidup Bahagia
Tetapi ia hanya mungkin bisa bahagia dalam skala yang sangat kecil. Seperti bahagianya hewan-hewan dalam kehidupan kita.
Ketika ia ingin merasakan bahagia yang sesungguhnya, maka ia tidak boleh berhenti untuk peduli kepada sesama, bermanfaat bagi sesama dan mendorong kemajuan untuk kehidupan.
Oleh karena itu dalam pandangan para sufi orang yang bahagia menerima sebuah pemberian sesungguhnya lebih bahagia orang yang telah rela memberikan sesuatu kepada seseorang.
Mungkin anak tadi senang dan bahagia berhasil menjadi dokter. Bukankah kita tahu bahwa orang tuanya jauh lebih bahagia daripada sang anak?
Memberi
Kalau bahagia kita batasi hanya pada aspek memperoleh sesuatu, apalagi tidak memandang halal haram, mungkin itulah kebahagiaan yang Adam Smith mau.
Kalau politik itu adalah jalan kebahagiaan hanya dengan cara terus-menerus berkuasa, mungkin itulah yang Niccolo Machiavelli inginkan.
Tidak demikian, sungguh hal itu adalah tipuan. Seseorang akan bahagia dalam bidang apapun ketika ia banyak memberi. Pemberiannya pun merupakan hasil jerih payah yang legal bukan ilegal.
Seperti seorang ibu yang selalu memberi kasih dan sayang kepada putra-putrinya. Setiap hari Ibu itu selalu punya optimisme dan bahagia.
Hiduplah selalu seperti mentari, terus bersinar, walau tak semua menyadari apalagi memberi apresiasi dan mengakui.
Jalan Panjang
Untuk menjadi manusia yang bahagia dan mampu membahagiakan tentu saja butuh jalan panjang.
Kita bisa melihat bagaimana Nabi Yusuf menjadi orang yang begitu besar jiwanya. Itu terjadi setelah semua saudara-saudaranya hidup tertatih-tatih sedangkan ia mendapatkan kebahagiaan.
Tahu mengapa Nabi Yusuf rela memberi maaf dan memuliakan saudara-saudaranya?
Nabi Yusuf sadar bahwa pertikaian anti antara mereka adalah ulah setan.
KH Abdurrahman Muhammad dalam Munas Pemuda Hidayatullah ke-8 kemarin menyampaikan bahwa ketika seseorang telah terkena tipu daya setan maka ia tidak akan tahu mana saudara apalagi kebenaran.
Jadi hidup bahagia dan membahagiakan Itu sederhana. Ikuti jalan Tuhan dan jauhi jalan setan. Singkat bukan?*