Apakah sebenarnya inti dari kehidupan manusia, tiada lain adalah hati.
Sejauh hati manusia tenang, maka apapun kondisi yang terjadi akan tetap membuatnya bahagia dan memancarkan energi manfaat dan maslahat.
Baca Juga: Mumpung Masih Muda
Sebaliknya, sejauh hati memang tidak tenang, maka semua sisi kehidupannya akan banyak diliputi oleh kegelisahan dan ketidaknyamanan.
Di antara sebab dari itu semua, hati tidak mendapat perhatian sebagaimana mestinya. Seperti kebanyakan orang memperhatikan wajah, kulit, warna baju dan beragam hal artifisial lainnya.
Realitas
Sekarang mari telusuri lebih dalam. Apa yang membuat seorang penguasa nekad membunuh bayi laki-laki dari Bani Israel?
Ketidaktenangan hatinya bahwa suatu saat kekuasaannya akan hilang dan dihancurkan.
Apa pula yang membuat banyak penguasa terus mencari cara agar dirinya bisa selamanya bertahta dan karena itu menghalalkan segala cara?
Ketidaktenangan dalam hati yang sebenarnya disebabkan oleh pilihan pikiran dan tindakan yang menentang fitrah dirinya sendiri sebagai manusia.
Semakin seseorang dihantui ketakutan yang tidak benar, maka akan kian jauh ia dari ketenangan hati.
Ibarat seorang anak yang ingin sukses di masa depan, namun sejak sekarang ia memilih malas dan ongkang-ongkang saja dalam keseharian, selamanya ia akan dalam kekalutan, bahkan masa depannya benar-benar akan diliputi penderitaan.
Banyak manusia sadar akan buah dari pikiran dan tindakannya, namun sedikit yang berani balik kanan mengambil jalan benar, kembali ke jalan Tuhan.
Dzikir
Ketenangan hati tidak disebabkan oleh harta dan tahta.
Malah dalam realita orang demikian begitu banyak justru berperilaku gila, seperti suka korupsi, enteng berdusta dan suka mempermainkan kebenaran.
Ketenangan hati hanya dapat diraih kala manusia ingat kepada Allah.
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 28).
Dalam hal ini berarti hal yang utama diperhatikan oleh manusia adalah hatinya itu sendiri. Semakin hati tidak diperhatikan, semakin gelisah kehidupan seseorang.
Seperti sebuah tanaman, daunnya jarang, bentuknya pun keriput, berlubang dan tidak sedap dipandang.
Baca Juga: Jangan Cancel Doamu
Demikianlah hati manusia kala jauh dari mengingat Allah. Jika diri pernah bersalah, maka mintalah ampun kepada-Nya.
Jika diri sengaja atau pun tidak, gagal menepati janji, mohonlah maaf dan beranilah untuk intospeksi diri.
Pada akhirnya, sempurnakanlah pikiran kita dengan dzikir, karena hanya dengan dzikir semata pikiran manusia akan terarah pada kebaikan dan kebenaran serta kebahagiaan.
Mas Imam Nawawi_Ketua Umum Pemuda Hidayatullah