Mengapa Allah Ta’ala memerintahkan insan beriman melakukan beragam ibadah? Ialah agar hati tetap sehat. Karena begitu hati ada penyakit, sungguh Allah pun akan menambah penyakit dalam hati itu.
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menmabah penyakit itu, dan mereka mendapat azab yang pedih karena mereka berdusta.” (QS. Al-Baqarah [2]: 10).
Dalam Ma’alimut Tanzil fit Tafsir wat Ta’wil karya Al-Baghowi diterangkan penyakit itu berupa keraguan dan kemunafikan.
“Maradh” makna dasarnya adalah kelemahan. Itu berarti ketika hati melemah keyakinannya karena keraguan maka sebutannya “maradh.”
Baca Juga: Meraih Hati yang Tenang
Dengan kata lain, keraguan telah melemahkan agamanya sebagaimana penyakit melemahkan kekuatan fisiknya.
Sementara Al-Baidhawi menerangkan penyakit itu berupa kebodohan, keburukan aqidah, kedengkian, dendam serta kesenangan pada maksiat.
Jadi, manusia yang ragu-ragu akan Islam kemudian hatinya menjadi munafik, maka Allah akan menambah penyakit itu berupa keraguan yang bertambah-tambah dan kegelapan hati.
Obati dengan Akhlak
Mengobati hati yang berpenyakit (ragu, gelap dan suka pada kemaksiatan) tidak ada lain adalah dengan berjuang meneguhkan hati pada iman, kemudian mengobatinya dengan menerapkan akhlak dalam diri.
SIfat sombong misalnya, itu penyakit hati. Mengobatinya adalah dengan beriman bahwa Allah Maha Besar, manusia hanya makhluk dengan kekuatant terbatas, maka atas dasar apa dirinya menjadi benar berperilaku sombong.
Demikian pula bila hati terkenan penyakit iri dan dengki. Maka mesti tahu dan yakin bahwa Allah yang Maha Mengatur yang mengendalikan kehidupan ini, termasuk satu kondisi dan kondisi lain pada setiap orang tidak sama.
Jadi, buat apa iri dan dengki. Lebih baik pelajari apa sebab dan rahasia seseorang sukses lalu kita berjuang untuk memiliki kegigihan dalam meraih kesuksesan.
Dan, agar diri benar-benar total dapat mengobati penyakit hati, harus kembali kepada kekuatan iman dan takwa, yang indikasinya total dalam iman, sungguh-sungguh mengikuti Nabi. Kemudian teruslah berkorban dan terdepan dalam membela agama Allah.
Sucikan
Upaya berikutnya adalah senantiasa berusaha mensucikan hati.
“Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu).” (QS. Asy-Syam: 9).
Nah, langkah terbaik dalam upaya mensucikan hati (jiwa) itu adalah dengan akhlak.
Al-Fudhail meriwayatkan bahwa seseorang berkata kepada Rasulullah SAW.
“Ada seorang perempuan yang berpuasa di siang hari dan bertahajud pada malam hari. Sementara akhlaknya buruk. Dia mengganggu para tetangganya dengan ucapan lidahnya.”
Baca Lagi: Isi Hati Orang Munafik
Rasulullah SAW pun bersabda, “Tak sedikit pun kebaikan ada padanya. Dia adalah penghuni neraka.”
Insha Allah dengan upaya terus menerus membersihkan hati hingga bening dan suci, penyakit akan menjauh, sehingga hidup seorang hamba benar-benar sakinah dan penuh berkah bersama akhak yang memancar karena iman yang kokoh.
Oleh karena itu tidak ada perkara paling penting dalam kehidupan ini selain merawat,menjaga dan berjuang menjaga kesucian hati, sehingga jauh dari beragam penyakit yang membahayakan dunia dan akhirat kita.*