Air dalam gentong, mungkin sekarang banyak yang tidak lagi memahami. Tetapi bisa kita ibaratkan air dalam bak mandi. Semakin air sering digunakan maka bak mandi akan terus terisi ari bersih yang baru, sehingga bersih dan sehat. Begitu pula dengan harta. Harta yang mengalir dengan sedekah, seperti air dalam gentong alias bak mandi.
Ilustrasi itu merupakan paparan yang sangat mengena dari salah satu perintis Hidayatullah, Ustadz Amin Mahmud kala memberi sambutan dalam sesi penutupan sarasehan, Berau (23/5/22).
Baca Juga: Siapa Sih yang Gak Perlu Uang?
Beliau memberikan peringatan bahwa seorang Muslim terhadap harta hendaknya terus mensedekahkannya. Agar bersih hati dan pikiran. Agar selamat jiwa dan raga dari menjadi budak harta.
Budak-Budak Harta
Hari ini banyak orang bekerja mencari harta untuk bahagia demi keluarga. Tetapi nyatanya banyak orang bekerja lupa bahagia bahkan lupa keluarga.
Hal itu menandakan bahwa banyak manusia yang hidup menjadi budak-budak harta. Ia terus merasa perlu, kurang dan tidak pernah puas untuk mendapatkan dan menumpuk-numpuk harta.
Padahal kebahagiaan hidup yang sejati tidaklah dapat seutuhnya hadir karena banyaknya harta. Umat Islam harus memiliki harta, tapi jangan menjadi budak harta.
Harta Memperbudak Diri
Harta bisa kapan saja memperbudak manusia. Indikasinya sederhana.
Pertama, mulai tidak mau sedekah. Baginya sedekah tidak lagi penting apalagi perlu menjadi andalan dengan harapan pahala. Kalau bisa investasi, sedekah nanti dulu. Begitu mungkin pikiran mereka.
Kedua, mulai senang kemewahan. Harta bukan sesuatu yang netral-netral saja. Kalau ia ada dalam genggaman kemudian iman seseorang melemah dan melihat kemewahan sebagai kebahagiaan, maka ia akan menjadi budak kemewahan. Itulah manusia hedon.
Ketiga, mulai tidak puas dan ingin terus menambah jumlah harta, walau harus mencuri, kata orang korupsi.
Apakah para pejabat yang korupsi itu miskin? Mereka bahkan amat kaya. Tetapi mengapa mereka korupsi? Bayangan akan tidak bahagia dengan harta yang telah menjadi miliknya sangat mengganggu bahkan telah membuat akal dan nuraninya buntu.
Baca Lagi: Berkah Hidup dengan Berbagi
Ingatlah akan nasihat Nabi SAW Kepada kita semua soal harta.
“Sesungguhnya ahsab (kemuliaan) bagi penduduk dunia, yang senantiasa mereka kejar-kejar, adalah harta.” (HR. An-Nasa’i).
Dalam arti yang lain, kalau ingin mulia dalam kehidupan dunia maka miliki harta lalu sedekahkan. Bukan terus ingin menyimpan, menumpuk, menimbun, lalu mati tanpa ada amal kebaikan berarti dari harta yang Allah titipkan.*