Apakah ada orang yang tidak mau harta? Tetapi harus kita sadari ada harta yang kalau bertambah hati manusia kian gelisah. Mengapa bisa begitu?
Kita mulai dengan memperhitungkan ungkapan dari Nabi Nuh alayhissalam kepada Allah Ta’ala yang terekam dalam ayat ke-21 Surah Nuh.
“Nuh berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka.”
Ayat itu memberikan kita pemahaman bahwa kebanyakan orang itu senangnya dengan harta. Karena begitu doyan dengan harta, mereka lupa dan melupakan Allah Ta’ala.
Akhirat itu jauh, dunia ini yang sekarang, yang utama. Begitu dalih mereka.
Baca Juga: Apa Bentuk Jihad Kita?
Bahkan ada dari sebagian mereka yang mengatakan hidup ini harus kerja keras, jangan insya Allah, insya Allah terus. Begitulah cara mereka berpikir. Bahwa dunia sangat bergantung pada usaha mereka sendiri. Tidak salah, namun pemahaman itu tidak utuh. Ikhtiar dan doa, itulah yang benar.
Jangan Jauh
Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah menerangkan bahwa kaum Nabi Nuh enggan menerima dakwah dan malah menjauh dari tauhid karena kecintaan yang berlebihan terhadap harta.
Kaum Nabi Nuh lebih senang kepada orang kaya, penguasa, daripada seruan Nabi Nuh yang sebenarnya merupakan jalan keselamatan sejati.
Padahal orang kaya dan penguasa yang durhaka itu menjadikan harta mereka sebagai alat melawan dan menghalang-halangi manusia dari jalan Allah.
Kata Nabi Nuh, harta yang mereka pergunakan seperti itu akan menjadikan mereka semakin gelisah dan memastikan bertambahnya kerugian demi kerugian dalam hidup mereka.
Hikmah
Dalam peristiwa doa Nabi Nuh kepada Allah Ta’ala, perihal masyarakat yang lebih memilih cinta harta dengan mengikuti orang kaya dan penguasa, menunjukkan kepada kita bahwa berpikir adalah perkara utama.
Baca Lagi: Mencari Berkah Hidup dengan Harta
Jangan hidup asal senang, jangan memandang baik dan buruk dengan timbangan harta. Tapi berpikirlah bahwa seruan kepada tauhid lebih utama kita perhatikan.
Dan, apakah akal manusia masih bisa mengatakan bahwa orang A, B, dan C bahagia karena banyak harta, sementara perilakunya penuh kezaliman, kebohongan dan kecurangan?
Orang seperti itu mungkin hampir pasti uangnya terus bertambah. Tapi apakah mereka selamat dari gelisah?*