Debat Capres ke-3 telah kita saksikan bersama. Dan, sepertinya sebagian besar orang mulai tahu, termasuk saya, mana pemimpin yang layak. Benar, yang layak membawa kemajuan bagi rakyat Indonesia.
Debat sejatinya adalah kesempatan masing-masing calon presiden menunjukkan keterampilannya dalam berbicara, memaparkan pengetahuan dan tentu saja menunjukkan pengalaman dan persiapan.
Dan, pada debat semalam, dari sisi kriteria soal debat saja, kita dengan mudah bisa melihat mana kandidat yang terampil.
Baca Juga: Debat Capres Malam Tadi, Sapa Berjaya?
Terampil dalam berbicara, memaparkan pengetahuan dan menunjukkan pengamalan, terutama dalam hal beda pendapat.
Fokus
Kandidat yang tidak memiliki kapasitas debat akan mudah sekali tertarik emosinya dan membuat statement yang tidak penting bahkan blunder.
Lebih jauh, ia akan kehilangan kemampuan memaparkan argumentasi secara elegan, sehingga fokusnya beralih pada hal yang tidak substansi dan semakin kehilangan daya mempertahankan argumentasi.
Alih-alih melakukan “serangan balik” dalam bentuk ide dan gagasan, ia telah terseret oleh emosinya keluar dari ring perdebatan itu sendiri.
Sisi pelajaran yang bisa kita ambil dalam debat semalam, bahwa dalam adu gagasan, kita tidak boleh kehilangan fokus, apalagi sampai terseret jauh dari ring perdebatan karena emosi yang tidak mendukung.
Dialog
Debat bagi saya sebenarnya lebih kepada derajat “dialog” yang ditingkatkan, sehingga ada keterbukaan untuk saling serang secara gagasan.
Jika dialog banyak kita gunakan untuk menemukan kesamaan sikap dalam menyikapi permasalahan. Maka debat lebih menjadi ajang kandidat pemimpin siap bersikap bijaksana dengan argumentasi yang kokoh dalam setiap tema yang ditetapkan.
Oleh karena itu debat idealnya terjadi antar person yang memang punya kapasitas memadai. Jika orang yang tak punya pengetahuan berdebat, itu boleh saja terjadi sebagai latihan.
Baca Lagi: Coldplay, Ekonomi dan Suara Ulama
Kuncinya pun sama, nilai akhirnya apakah kita semakin tertarik belajar pasca debat. Atau malah justru kian arogan.
Dan, kalau ternyata makin arogan pasca debat, itu artinya memimpin diri sendiri saja sudah tidak mampu.*