Sebagian kita tentu pernah ada yang menyuratkan pertanyaan meski dalam hati. Mengapa orang berlomba-lomba menjadi pejabat, lalu korupsi dan sangat ingin jabatan itu terus menjadi kedudukannya? Tidak lain karena mereka melihat kenikmatan hidup adalah hari ini, di dunia. Mereka tidak mau tahu kenikmatan di alam akhirat.
Akan tetapi dalam kehidupan dunia ini ada yang namanya moral, etika, salah dan benar, bahkan ada ketentuan Tuhan, Allah Ta’ala.
Dalam kata yang lain, orang menjadi pejabat dengan mengabaikan moral, maka ia memilih masuk ke dalam kenikmatan semu.
Mungkin makananya sesuai selera lidahnya, kendaraannya terbaik dari pada orang lain. Tetapi hati yang mengabaikan moral, sama dengan pencuri yang senang memberikan nafkah anak dan istrinya makanan-makanan yang merusak fisik dan spiritualnya.
Baca Juga: Boleh Lelah, Asal Jangan Menyerah
Tidak ada kenikmatan batin dalam kehidupan orang-orang yang seperti itu.
Hakikat Dunia
Orang sering mengatakan dunia sementara, semu dan fana. Akan tetapi tidak memahami benar apa hakikat dari kehidupan dunia itu sendiri.
Kita akan memahami tujuan penciptaan dunia dengan kita melihat untuk apa Allah menyediakan alam akhirat.
“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. 28: 83).
Jadi, dunia ini Allah hadirkan agar kita menjadi manusia yang penuh kesadaran spiritual, sehingga intelektual dan kekayaan materi tidak menjadikan insan lupa diri, sehingga menjadi angkuh, sombong dan senang berbuat kerusakan.
Sekarang coba perhatikan, apakah kekayaan, kedudukan dan apapun yang namanya kenikmatan dunia yang kita rengkuh, apakah hasil dari kebaikan atau sebuah capaian dari berpikir dan bertindak sombong serta destruktif?
Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah dalam Tafsir Al-Wajiz menuturkan dengan lebih gamblang.
Alam akhirat (Surga) Kami berikan untuk orang-orang yang tidak menginginkan derajat tinggi dengan cara yang salah, tidak ingin menyombongkan diri di bumi, tidak angkuh kepada manusia, tidak menzalimi manusia dan tidak melakukan kemaksiatan.
“(Inilah) balasan yang layak bagi orang yang takut dengan azab Allah dengan melakukan ketaatan dan meninggalkan kemungkaran,” terang Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili.
Nikmat Hakiki
Dengan memahami ayat Alquran tersebut kita dapat mengambil kesimpulan bahwa untuk bisa hidup bahagia kita hanya butuh satu kata, yakni iman.
Tentu saja iman yang melahirkan gerak amal sholeh. Lalu kita menjauhi segala jenis keuntungan duniawi yang pada akhirnya menjadikan kita harus mengorbankan kehidupan akhirat.
Sedangkan kehidupan dunia sementara dan akhirat selama-lamanya.
Baca Lagi: Suami itu Harus Punya 3 Kekuatan
Jika mindset umat Islam kembali lurus seperti petunjuk Alquran ini, maka kemajuan peradaban Islam akan Allah datangkan dengan kekuatan-Nya.*