Tepat pukul 13.59 WITA saya teringat bahwa hari ini (17 Mei) adalah Hari Buku Nasional. Pemilihan tanggal ini berdasarkan sejarah pendirian Gedung Perpustakaan Nasional pada 1980. Iseng saya buka google trends. Isinya belum ada tentang buku, malah tentang sepakbola yang tersedia.
Tentu kita tidak perlu buru-buru memberikan nilai atas satu fakta yang saya temukan ini. Tetapi kalau kita mau melakukan tafakkur maka ada beberapa hal yang dapat kita evaluasi.
Baca Juga: Inilah Nikmat-Nikmat Membaca Alquran
Tentu saja kita berangkat dari hadirnya hari buku nasional ini. Yakni ingin meningkatkan kesadaran dan kecintaan bangsa Indonesia dalam hal membaca buku.
Kolega senior saya yang juga seorang bloger di masbagyo.net menampilkan satu data mengenaskan. Saya sebut begitu karena Indonesia termasuk negara dalam keadaan tragedi nol buku.
Banyak Belum Baca Buku
Ia meneruskan rata-rata anak Indonesia membaca hanya 27 halama per tahun. Kalau mau lihat Finlandia, maka Indonesia jauh tertinggal. Anak-anak Finlandia membaca 300 halaman dalam 5 hari.
Kalau kita konversi ke hari sekolah, Senin sampai Jumat, maka setiap hari Anak Finlandia membaca 60 halaman.
Dalam hal penerbitan buku Indonesia jauh tertinggal dari Tiongkok. Indonesia hanya 18 ribu buku per tahun. Sedangkan negeri Tirai Bambu menerbitkan 440 ribu buku per tahun.
Bahkan Tiongkok telah mengungguli Amerika Serikat yang hanya menerbitkan buku 314.912 judul buku pertahun.
Jadi, kalau UNESCO mencatat bahwa dari 1000 orang di Indonesia hanya 1 yang mau membaca, memang tidak bisa kita pungkiri. Secara data, Indonesia harus banyak berjuang.
Perjuangan Membaca
Sementara fakta itu semakin terkonfirmasi dengan sajian informasi yang masuk trending Google, yang rata-rata bicara berita sepakbola.
Mulai dari Sampdoria vs Fiorentina, kemudian Southampton vs Liverpoll, terus Theo Hernandez dan lain sebagainya.
Itu pun belum tentu bacaan semua orang Indonesia, utamanya anka-anak. Karena mereka juga sedang asyik dengan game online.
Artinya, bangsa Indonesia butuh perjuangan keras untuk membangun kultur membaca. Boleh jadi kurang baca inilah yang jadikan trending pada media dalam negeri nyaris selalu soal “pertengkaran.”
Baca Lagi: Langkah Membaca untuk Memahami
Padahal konstitusi negara mengatakan bahwa harus ada gerakan mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemudian dalam Alquran, umat Islam itu pertama kali menerima perintah adalah membaca.
Dari sini kita tidak cukup prihatin. Tapi mari bangun kesadaran dan langkah sinergis bahwa generasi bangsa harus membaca buku. Setidaknya membaca artikel-artikel penting walau ringan.
Selamat Hari Buku Nasional. Indoensia membaca Indonesia jaya.*