Home Artikel Harga Pangan Naik Kemana Pemimpin?
Harga Pangan Naik Kemana Pemimpin

Harga Pangan Naik Kemana Pemimpin?

by Imam Nawawi

Idul Adha berlalu harga pangan naik. Kemana pemimpin Indonesia?

Pertanyaan itu bukan untuk mengkritik. Tapi mengajak berpikir bersama dan saling menguatkan.

Sebab kenaikan harga pangan ini terjadi secara serentak. Akibatnya masyarakat dan pedagang pun mengalami kesulitan, termasuk petani.

Baca Juga: Pejabat Kok Curhat?

Kenaikan harga ini bahkan sampai pada tingkatan melonjak yang memicu terjadinya inflasi. Pemerintah tentu saja telah berupaya, tetapi hasilnya belum berdampak banyak.

Kelemahan Internal

Pengamat mengatakan bahwa kenaikan harga komoditas pangan belakangan ini terjadi karena dua faktor utama.

Pertama pergerakan harga global. Kedua adanya gangguan produksi dalam negeri.

Jika produksi dalam negeri bagus dan tidak ada gangguan, maka pergerakan global bisa tidak begitu berdampak.

Akan tetapi situasinya, produksi dalam negeri memang lemah dan terganggu pula, akhirnya apa yang terjadi pada dunia internasional, langsung berimbas kedalam ekonomi rakyat Indonesia.

Sementara tren yang terjadi jika ada produk dalam negeri bagus harganya di pasar global, segera produk itu akan mengalir ke luar. Alasannya bisnis, harga keluar lebih bagus.

Dengan demikian pemerintah perlu melakukan manajemen produksi pangan, sehingga tata niaga distribusi pangan bisa terkelola dengan baik.

Langkah ini mendesak, mengingat kelaparan penduduk dunia juga telah terjadi pada 2021.

Lima lembaga di bawah PBB telah mengeluarkan Laporan The State of Food Security and Nutrition in the World 2022. Laporan tersebut mencatat angka kelaparan penduduk dunia mencapai 828 juta orang di tahun 2021.

Kepeloporan

Dalam situasi sulit seperti itu, kehadiran sosok pemimpin yang mau jadi pelopor perbaikan keadaan memang sangat mendesak.

Situasi ini sulit, tetapi juga sebuah kesempatan untuk membuktikan tanggungjawab yang sesungguhnya, melindungi dan membantu masyarakat agar tidak kesulitan. Apalagi kalau sampai terjadi kelaparan.

Oleh karena itu pemimpin harus siap berkorban dan memiliki jiwa kepeloporan dalam mengatasi krisis.

Sebab itulah pemimpin menjadi tumpuan banyak orang. Tetapi, kalau situasi seperti sekarang tak juga ada yang mau berjuang dan mengubah keadaan, maka momentum untuk menjadi pemimpin sejati akan lewat.

Ketika itu terjadi, masa akan mencatat. Bahwa pernah ada pemimpin yang ternyata lebih banyak beralasan daripada memberikan jawaban.

Baca Lagi: Paradoks Jabatan Publik

Padahal tugas pemimpin bertanggungjawab, bukan membenarkan ketidakmampuan melindungi rakyat. Tapi kita tidak peru menuding kemana-mana, lebih baik kita sama-sama berusaha dan berdoa. Semoga Indonesia selamat dari kesulitan dan kelaparan.

PBB memprediksi jumlah angka kelaparan pada tahun 2030 mendatang lebih dari 670 juta orang dan angka ini jauh di atas target program zero hunger.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment