Ulul Albab sebuah istilah yang boleh jadi belum populer bagi sebagian rakyat. Tetapi, Ulul Albab yang sejatinya mampu membawa perubahan, memperbaiki yang buruk kembali pada yang baik, benar dan indah.
Waktu bergulir manusia terus ditantang berpikir. Bagi umat Islam, berpikir harus disempurnakan dengan berdzikir. Dzikir ini adalah sebuah metode untuk manusia mampu keluar dari keburukan lalu memperbaikinya.
Secara gamblang Allah terangkan di dalam Alquran bahwa dzikir (mengingat) Allah adalah cara terbaik untuk mendapatkan ketenangan hati.
Baca Juga: Jangan Cancel Doamu
“Ketahuilah dengan mengingat Allah (dzikrullah) maka hati menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 28). Dan, langkah terbaik untuk menjadi pikiran manusia benar-benar berkualitas memang berdzikir. Dalam Alquran orang yang berpikir dan berdzikir disebut sebagai insan ulul albab.
Penyakit

berdzikir harus menyempurnakan aktivitas berpikir agar lahir solusi-solusi perbaikan
Memperbaiki yang buruk di antaranya adalah mengobati penyakit. Ibarat manusia, bangsa Indonesia saat ini dihantam oleh penyakit hati yang tidak ringan.
Bagaimana tidak, bangsa ini mengalami penyakit korupsi berat, kemudian dibentuk KPK, ternyata korupsi kian tak teratasi. Bahkan kini lembaga KPK sendiri seperti sulit disehatkan kembali.
Dibentuk badan yang mengatasi narkoba, angka kriminalitas di bidang narkotika justru terus terjadi. Pertanyaan sederhananya, mengapa hal itu terjadi?
Karena manusia meninggalkan penyempurna berpikir, yakni berdzikir. Orang yang hanya berpikir akan terjebak pada satu kebenaran relatif. Sedangkan orang yang memadukan pikir dan dzikir akan sampai pada hakikat kebenaran.
Hal itu ditandai dengan sehatnya hati dan primanya ruhiyah dalam diri, sehingga tidak melihat, berpikir dan bertindak melainkan untuk kebaikan diri dan sesama. Tidak ada egoisme, tidak ada aji mumpung apalagi ABS, sehingga sikapnya selalu lembut tapi tegas.
Solusi
Dengan demikian, solusi untuk memperbaiki yang buruk di negeri ini adalah dengan mengembalikan budaya ulul albab, yakni kultur berpikir dan berdzikir secara seiring dan sejalan.
Insan yang mampu berpikir sekaligus berdzikir maka lisannya akan santun, perilakunya akan menjadi inspirasi bahkan teladan. Dan, terhadap apapun ia tidak akan pernah meremehkan.
Baca Juga: Mumpung Masih Muda
Pernah suatu waktu Nabi Daud Alayhissalam duduk menelaah Zabur, kemudian dilihatnya seekor ulat. Dalam hati, Nabi Daud berkata, “Apa yang dikehendaki oleh Allah dengan ulat ini.”
Atas idzin Allah, ulat itu diperkenankan bicara dengan bahasa manusia. Lalu ulat itu berkata, “Wahai Nabiyallah, apabila siang datang Allah mengilhamkan kepadaku untuk membaca ‘Subhanallah, wal Hamdulillah, walaa ilaaha illallah wallahu Akbar.’ Kemudian jika malam datang, Allah mengilhamkan kepadaku untuk membaca, ‘Allahumma Shalli ‘alaa Muhammad an nabiyyil ummiyyi wa’alaa aalihi wasahbihi wa sallam, sebanyak seribu kali.”
Artinya, orang yang ulul albab akan menghargai apapun itu, termasuk ulat. Dengan demikian orang-orang seperti inilah yang dinantikan bangsa ini, sehingga keburukan yang ada benar-benar dapat diperbaiki. Allahu a’lam.
Mas Imam Nawawi_Ketua Umum Pemuda Hidayatullah