Dulu orang biasa berkata, bahwa dirinya bekerja keras agar keluarga bahagia. Tetapi fenomena masyarakat kota, demi kerja, jumpa keluarga saja sangat jarang. Bahkan sarapan di rumah seringkali tidak sempat. Lalu hal baik apa yang sebenarnya mereka kejar?
Banyak manusia hidup tanpa kesadaran yang memadai.
Mereka bergerak, beraktivitas, dari pagi hingga malam, tanpa jelas apa yang mereka peroleh, selain digit-digit yang katanya adalah kekayaan.
Kekayaan dalam banyak hal tak mampu mencegah orang dari penyakit, apalagi maksiat dan kerugian.
Sebaliknya, mereka yang tak memiliki digit uang dalam jumlah besar, merasa tidak beruntung, sehingga hidup selalu dirundung galau dan nestapa.
Baca Juga: Lebih Baik Pasca Musibah, Bagaimana Langkahnya?
Padahal, setiap detik ia bisa menghirup nafas dengan lancar. Sistem pernafasan tubuhnya sehat, sistem pencernaan sehat.
Tetapi karena ia terjebak pada soal digit tadi, ia merasa hidup tidak beruntung.
Sebagian kehilangan akal dan iman, lalu korupsi, judi, dan beragam keburukan lainnya dilakukan, demi bahagia.
Lebih Baik
Alquran menjelaskan bahwa pernah ada orang yang dalam hidupnya senang dengan perbuatan buruk, termasuk senang menggunakan sihir.
Lalu mereka meyakini, sihir itu memiliki kekuatan. Padahal tidak satu pun terjadi kecuali ada izin Allah.
Kemudian Allah Ta’ala menegaskan bahwa semua itu bukanlah hal baik.
“Sungguh sangatlah buruk perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir, sekiranya mereka mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 102).
Lantas hal apa yang pasti lebih baik?
Alquran memberikan jawaban. “Dan jika mereka beriman dan bertakwa, pahala dari Allah pasti lebih baik, sekiranya mereka mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 103).
Syaikh M. Ali Ash-Shabuni dalam kitab karyanya “Shafwatut Tafasir” menjelaskan bahwa kalau orang yang belajar sihir beriman kepada Allah dan takut terhadap siksa-Nya, maka ia akan mendapat pahala.
Pahala yang utama (dan terus menerus Allah berikan) daripada kesibukan mereka terhadap sihir, yang tidak mendatangkan kepada mereka kecuali hanya kehancuran dan kerugian.
Kebahagiaan
Dengan demikian, orang yang bahagia adalah yang beriman dan bertakwa. Mereka tidak ada resah gelisah dalam hidup ini.
“Ingatlah wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan senantiasa bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” (QS. Yunus: 62-64).
Hal ini tidak lain karena iman dan takwa adalah syarat untuk seorang hamba mendapat kasih sayang dan pertolongan Allah.
Dalam hal inilah umat Islam harus benar-benar mengerti. Jangan sampai kita masuk kategori orang yang oleh Allah sebut “Lau kanu ya’lamun.”
Baca Lagi: Hidup yang Dijamin Aman, Bagaimana Meraihnya?
Artinya “sekiranya mereka mengetahui.”
Kalimat itu adalah uslub (metode) yang berlaku dalam seni balaghah. Yang menerangkan bahwa orang yang mengetahui sesuatu, dan seuatu itu tidak berjalan sesuai dengan keilmuannya, maka dia tak ubahnya menempati posisi orang bodoh. Demikian penjelasan Syaikh M. Ali Ash-Shabuni.
“Dengan demikian pengetahuan dinegasikan dari dirinya, sebagaimana juga dinegasikan dari orang-orang bodoh,” tegasnya.
Semoga Allah Ta’ala terus membimbing kita dalam iman dan takwa. Perkara paling penting untuk memastikan bahwa kita benar-benar mendapatkan hal yang pasti lebih baik.*