Home Artikel Haji Agus Salim dan Sutan Takdir Alisjahbana: Ketika Membaca Melahirkan Iman
Haji Agus Salim

Haji Agus Salim dan Sutan Takdir Alisjahbana: Ketika Membaca Melahirkan Iman

by Imam Nawawi

Malam itu, saya tenggelam dalam kisah Haji Agus Salim dan Sutan Takdir Alisjahbana. Buku “Haji Agus Salim (1884-1954) Tentang Perang, Jihad, Dan Pluralisme” mempertajam kesadaran saya tentang esensi membaca dan kaitannya dengan iman.

Agus Salim, tokoh Islam yang sangat istimewa, bertemu dengan Sutan Takdir Alisjahbana, seorang pemuda kritis yang terpikat dengan pemikiran Barat.

Dalam sebuah pertemuan, Takdir menantang Agus Salim dengan pertanyaan menohok: “Mengapa masih salat?”

Jelas ini pertanyaan “gila”. Kalau bukan Agus Salim yang dapat pertanyaan itu, mungkin Takdir mendapat takdir buruk. Tapi Takdir memang pemuda cerdas dan kritis.

Kapal ke Padang

Takdir menganggap salat tidak masuk akal dan tidak dapat dibuktikan secara ilmiah.

Agus Salim pun menjawab dengan sebuah analogi yang cerdas. “Apakah kamu pernah naik kapal ke Padang?” tanyanya.

Takdir menjawab, “Iya.” Agus Salim melanjutkan, “Apakah kamu tahu seluruh seluk-beluk kapal sebelum naik?” Takdir terdiam.

Agus Salim menjelaskan bahwa ketika naik kapal, manusia menggunakan “kepercayaan”, bukan “pengetahuan”.

Baca Juga: Jejak Kebaikan yang Tak Terlihat

Kita percaya kapal akan sampai tujuan, mesinnya tidak akan rusak, dan nahkoda akan membawa kita dengan selamat.

“Mustahil kita harus mempelajari semua tentang kapal baru mau naik,” tegas Agus Salim.

Saya kira kita sama, kala naik kereta api, pesawat, bahkan bus, kita tidak pernah meragukan sang driver, masinis atau pilot. Padahal ini terkait hidup dan mati. Tapi begitulah realitanya, kita percaya saja.

Sadar

Analogi ini membuat Takdir tersadar. Ia mulai memahami esensi iman dalam Islam. Pengalaman pribadinya saat selamat dari kecelakaan pesawat di Italia semakin mempertebal keyakinannya. Ia tidak tahu mengapa selamat, tetapi ia percaya ada kekuatan yang melindungi.

Kisah ini mengajarkan kita pentingnya membaca sebagai jalan untuk mempertebal iman.

Membaca membuka cakrawala pikiran, memperluas wawasan, dan mengantarkan kita pada pemahaman yang lebih mendalam tentang kehidupan dan Sang Pencipta.

Iman yang kuat akan mendorong lahirnya amal saleh yang tak kenal henti, ibarat ombak di lautan yang terus bergerak dan memberi manfaat.

Dengan demikian mari budayakan membaca, tingkatkan keimanan, dan sebarkan kebaikan kepada sesama.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment