Saat sesi dialog dalam pertemuan online (27/7) malam, saya dengan Pemuda Hidayatullah Sulawesi Selatan, seorang peserta bertanya, bagaimana bisa terhindar dari pengaruh negatif internet. Saya jawab jelas, hadirlah sebagai pemain yang aktif.
Dalam konteks negara kita bisa melihat bagaimana Jacinda Ardern memimpin Selandia Baru menang melawan Corona.
Baca Juga: Jangan Pernah Sempitkan Dadamu
“Kami telah memenangkan pertempuran itu,” katanya. Apa yang membuat ia menang, tidak lain adalah sikap aktif menerapkan penguncian total (lockdown) dengan menutup semua perbatasannya.
Sikap aktif itu tentu saja disertai keberanian sekaligus kesabaran. Fakta ini dapat juga kita tarik bagaimana memenangkan diri kita dalam berinteraksi di dunia maya (internet).
Aktif Hadirkan Konten
Berada di dunia maya atau internet hanya sebagai penonton maka bersiaplah untuk kehilangan banyak waktu dan energi.
Sebuah riset mencatat bahwa rata-rata orang Indonesia yang mencapai angka 170 juta menghabiskan waktu 3 jam dan 14 menit dalam sehari untuk mengakses media sosial.
Artinya orang Indonesia kala bermain medsos produksi doparmin di otak mengalami peningkatan, sehingga merasa senang dalam stalking di dalamnya.
Akan tetapi, rasa senang ini bersifat sementara dan biasanya mengajak orang untuk mengulangi dan mengulagi.
Kala hadir perasaan positif, maka itu sifatnya sementara, dan pengulangan bukanlah seperti menghafal atau belajar yang menajamkan logika dan pikiran, tetapi menghadirkan rasa ketagihan.
Untuk lepas dari kecanduan yang seperti itu, hadirlah sebagai pemain dengan aktif membuat konten yang bermanfaat.
Kalau pun harus sebut sosok, maka itu adalah Refly Harun, Rocky Gerung, dan Rahma Sarita serta lainnya.
Mereka ini bukan anak milenial, tapi mereka tahu bagaimana mengisi ruang-ruang di media sosial dengan keahlian ilmu dan kemampuan analisis mereka, sehingga mereka bisa menebar konten yang edukatif.
Hadir dengan Konsistensi
Kala ingin bermain di media sosial, usahakan mampu konsisten. Seperti Refly Harun, dalam sehari ia bisa mengupload 4 hingga 5 bahkan kadang-kadang lebih konten di Youtube. Itu dilakukan setiap hari.
Artinya ada sebuah pikiran besar, kerangka berpikir, sekaligus misi yang hendak dicapai di media sosial.
Nah, anak-anak muda yang di dalam internet punya kesadaran seperti itu, tidak mungkin dia akan terbawa arus media sosial apalagi kecanduan.
Justru yang hadir adalah kesadaran untuk terus memberikan nilai positif di media sosial.
Bahkan kalau pun ia sedang mencari berita, maka itu tidak lain untuk dijadikan bahan konten yang dikemas dengan cara yang elegan, sehingga masyarakat dapat menambah kecerdasan, minimal mengambil manfaat.
Baca Juga: Media Sosial Sarana Edukasi & Wahana Syukur
Pada akhirnya di dunia maya ini kita bisa ambil filsafat orang naik sepeda. Sejauh kaki terus mengayuh pedal, roda akan terus berputar dan keseimbangan dapat dijaga, disaat yang sama perjalanan dapat terus dijalani dengan baik dan menarik.*