Bangsa Indonesia berada dalam kondisi buruk, setidaknya dari sisi hukum dan kesehatan. Semua orang jadi tercengang. Judul “Habis Sambo Terbit Sirop” adalah satu kondisi yang bisa kita lihat bersama, bahwa masalah hukum dan kesehatan sedang menggulung negeri ini.
Survei LSI menyebutkan bahwa kepercayaan publik kepada Polri anjlok menjadi 53% pada Oktober 2022, seperti lansir dataindonesia.id.
Baca Juga: Yang Membahagiakan
Hal itu karena terjadinya kasus pembunuhan berencana terhadap Brigadir Yosua Hutabarat oleh Ferdy Sambo. Kemudian juga tragedi Kanjuruhan yang menewaskan ratusan orang.
Sementara itu dari sisi kesehatan, setidaknya 157 anak telah meninggal dunia dari 269 kasus gagal ginjal akut dalam beberapa pekan terakhir, seperti termaktub dalam Koran Tempo edisi 30 Oktober 2022 dengan judul “Alpa Berjemaah Otoritas Kesehatan.”
Angka 157 itu telah memosisikan Indonesia berada jauh di atas Gambia, Nigeria, Bangladesh dan Haiti dalam kasus yang sama, gagal ginjal akut.
Kepedulian
Menurut Tempo itu semua terjadi karena tidak bekerjanya sistem yang ada. Akibatnya (meminjam istilah dalam sepakbola) gawang kesehatan Indonesia, jebol, berantakan.
Sama seperti sektor hukum, sistem yang harusnya bekerja, malah keok terserang virus hedonisme. Presiden Jokowi pun menyerukan agar polisi ngerem total, jangan hidup hedon.
Mengapa sistem tidak bekerja dengan baik?
Tentu saja banyak faktor yang menjadi penyebab. Tetapi, satu hal yang pasti, karena manusianya mengalami gangguan kesadaran.
Mereka yang mendapat amanah yang logikanya harusnya peduli dan karena itu bertanggungjawab, malah menjadi pihak yang pada faktanya seperti orang yang tidak paham hukum atau pun kesehatan.
Akibatnya hukum yang mestinya adil, jadi miring. Kesehatan yang harusnya menyehatkan justru membunuh. BPOM pun mendapat penilaian minus dari publik.
Tempo menyebutkan, “Lembaga ini (BPOM) tidak dari awal memberikan penjelasan tentang obat sirop yang dianggap menjadi penyebab.”
Sampai Kapan?
Pertanyaannya sampai kapan masalah buruk ini membelit bangsa kita?
Pembenahan sistem dan manajerial memang harus segera pemerintah lakukan. Akan tetapi, jangan lupakan manusianya.
Kalau mereka yang mendapat amanah tak sadar dan peduli akan tugas dan tanggungjawabnya, khawatir kinerja hanya berbasis kertas (administrasi).
Baca Lagi: Inilah Kriteria Pemuda Pembuat Sejarah
Pada kenyataan di lapangan, tak ada yang benar-benar berubah. Akan tetapi, kita masih punya optimisme, terutama pada sisi penegak hukum.
“Ibarat proses pemurnian emas, Polri saat ini sedang diayak dan disaring untuk menjadi emas murni berkadar 24 karat,” kata Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo melalui Instagramnya, Kamis (20/10/2022).*