Home Opini Guru Kini Punya Tantangan
Guru kini memang harus kembali pada "khittah" perjuangan. Meskipun tidak mungkin guru berdiri sendiri. Pemerintah Indonesia harus punya keberpihakan dan sekaligus visi terhadap kemajuan guru dalam segala sisi

Guru Kini Punya Tantangan

by Imam Nawawi

Berbicara guru, kita bisa menengok sejarah yang begitu hebat. Seperti hadirnya sosok guru dahsyat, Muhammad Kholil Bangkalan, Ahmad Khatib Al-Minangkabawi dan Ahmad Surkati. Tetapi melihat guru yang hari ini, kita rasanya sepakat dan sepaket, ada tantangan harus kita hadapi.

Ketiga guru dahsyat itu memang tumbuh kecintaan terhadap ilmu, dakwah dan pendidikan sangat tinggi. Muhammad Kholil Bangkalan misalnya, usia 30 tahun masih aktif menimba ilmu bahkan berangkat ke Makkah untuk mendapatkan ilmu.

Kembali ke Bangkalan di Madura, misinya jelas melahirkan kader umat yang mumpuni. Beberapa tokoh besar pun pernah menjadi muridnya.

Seperti Mas Mansur. Sosok legendaris yang pernah menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah 1937-1942. Lebih dari sebatas itu, Mas Mansur juga aktivis pergerakan kemerdekaan. Mas Mansur bersama Soekarno, Hatta, dan Ki Hajar Dewantara disebut sebagai Empat Serangkai.

Guru Kini

Guru hari ini memang harus kembali pada “khittah” perjuangan. Meskipun tidak mungkin guru berdiri sendiri. Pemerintah Indonesia harus punya keberpihakan dan sekaligus visi terhadap kemajuan guru dalam segala sisi.

Sisi ekonomi, menarik paparan dari Mohammad Ahyan Yusuf Sya’bani dalam buku “Profesi Keguruan Menjadi Guru yang Religius dan Bermartabat”.

Ia menjelaskan guru berhadapan dengan kesusahan ekonomi. Menurutnya itu adalah realitas dari kegagapan sistem pendidikan secara nasional dalam memberdayakan para guru.

Pada saat yang sama guru harus fokus, mencetak generasi bangsa yang unggul secara intelektual, ekonomi, moral dan sosial, dan lain sebagainya.

Jerman-Swiss

Anggota DPR biasanya kena sorot karena senang studi banding. Tetapi mengapa kesejahteraan guru tak kunjung sebanding dengan gaji guru di negara maju ekonomi seperti Jerman.

“Untuk menjadi guru SD di Jerman, seseorang harus menyelesaikan program pengajaran terakreditasi berdurasi 3 tahun, lulus ujian yang ketat, dan mengajar siswa selama 1 tahun,” begitu Tempo menguraikan.

Kemudian calon guru masih harus mengajukan permohonan izin mengajar kepada pemerintah dan mencari lowongan pekerjaan secara mandiri.

“Dengan begitu panjangnya proses seleksi, guru SD pemula di Jerman berhak mendapatkan gaji sebesar US$69.599 atau Rp 936 juta per tahun,” tulis Tempo.

Selain Jerman ada Swiss. Guru SD di Swiss bisa mengantongi pendapatan sebesar US$60.873 atau Rp 868 juta per tahun.

Baca Juga: Menggali Mutiara Hidup dari M. Natsir dan Abdullah Said

Tingginya gaji yang guru peroleh itu lantaran calon guru harus memiliki gelar sarjana yang sesuai dengan jenjang pendidikan di sekolah tempat bekerja dan sertifikasi atau lisensi mengajar dari pemerintah di setiap negara bagian.

Nah, apakah informasi segamblang itu masih tidak cukup bagi pemerintah untuk melakukan upaya perbaikan-perbaikan kesejahteraan guru demi kemajuan pendidikan Indonesia?

Tugas Guru

Meski situasi seperti itu, para guru harus tetap menjalankan profesi karena kesadaran, berkat adanya visi, mencerdaskan kehidupan bangsa.

Mendidiklah karena Allah, biar gaji kecil, rezeki akan Allah berikan. Memang tidak cukup, tapi mungkin itu jalan yang harus kita istiqomah untuk hidup penuh arti.

Kalau kita mau merefleksikan diri kepada 3 guru dahsyat di awal artikel, mereka hidup dan berjuang untuk pendidikan tanpa ada pemerintahan, kecuali penjajah. Nama Indonesia sebagai negara belum terdengar kala itu. Tapi mereka istiqomah.

Satu hal yang utama, jika para guru menyadari hal itu, lalu mendidik dengan etos perjuangan, insha Allah akan lahir murid-murid hebat pada masa mendatang. Meski demikian, para pemegang kebijakan harus memandang guru sebagai generator kemajuan.

Mengabaikan guru, apalagi dengan cara menyunat tunjangan guru demi jabatan para pemegang kebijakan pendidikan, sungguh itu perilaku yang tak terbayangkan. Dan, entah siapa yang bisa memberikan pemaafan.*

Mas Imam Nawawi

 

 

Related Posts

Leave a Comment