Ulasan Gol Utama Ramadhan ini terinspirasi oleh tausiyah Ustadz Adi Hidayat. Bahwa Ramadhan harus jadi momentum diri memperbanyak bekal.
Terkadang orang memahami dan mengisi Ramadhan sebatas euforia saja. Rajin tarawih, tapi sholat wajib belum jadi amalan utama yang dikerjakan secara konsisten.
Dalam bahasa Gus Baha, tidak apa-apa, yang penting masih ada semangat ibadah, terutama yang fardhu. Jangan sampai tidak sama sekali.
Baca Juga: Energi Ramadhan
Namun, idealnya kita benar-benar menjadikan Ramadhan kesempatan memperbanyak bekal dengan berupaya serius menjadi pribadi bertakwa.
Target Ramadhan yang utama adalah terwujudnya peningkatan ketakwaan personal (Al-Baqarah: 183).
Hal ini adalah agar kita memiliki antusiasme membangun karakteristik diri alias setiap Muslim untuk memiliki ketakwaan yang tinggi.
Kata “Tattaqun” kata Ustadz Adi Hidayat adalah menjadikan kita sebagai lawan bicara, langsung, agar diri kita bertakwa. Artinya bersungguh-sungguhlah dalam Ramadhan.
Kumpulkan bekal, bekal yang sesungguhnya. Bukan bekal dunia semata yang tidak bisa kita bawa ke alam kubur. Seperti handphone, uang, properti, saham, apakah bisa kita bawa ke dalam kubur? Tidak bisa.
Maka maksud dalam hal ini adalah perkuat ibadah, seperti sholat, baca Quran, haji dan umroh, infak, zakat, sedekah dan lain sebagainya.
Karena itu adalah sarana untuk menyiapkan bekal menuju kehidupan setelah dunia. Semua perbuatan baik dalam ritual Islam itu adalah yang kita sebut hasanah.
Senyum
“Setiap kita mengerjakan perbuatan hasanah, maka konsep dasarnya akan menghasilkan bekal. Setiap hasanah itu nilainya 10 poin. Ini jangan kita anggap biasa, nanti akan kita tahu saat akan meninggal,” tegas Ustadz Adi Hidayat.
Bukankah kita sering melihat atau mendengar orang yang dalam meninggal dunia tersenyum? Kata Ustadz Adi Hidayat, itu karena ia melihat hasanah yang telah ia siapkan sejak masih dalam kehidupan dunia.
Jangan sampai dalam kehidupan yang sementara kita sibuk bekerja, menghimpun bekal agar hidup nyaman di dunia yang sementara, tetapi lupa akan kehidupan setelah dunia, sehingga hidup sulit senyum. Apalagi meninggal dunia dalam keadaan tersenyum.
Puasa adalah sarana terbaik setiap diri memacu ibadah dengan kemampuan masing-masing. Ada yang dengan tekun tilawah, banyak sedekah, atau pun dakwah dan mengedukasi sesama melalui kemampuan literasi dan lain sebagainya.
Prinsipnya lakukan kebaikan-kebaikan. Karena balasan kebaikan tidak lain adalah kebaikan (QS. Ar-Rahman: 60).
Evaluasi
Selagi Ramadhan baru pertengahan jalan ada kesempatan setiap jiwa melakukan evaluasi perihal 15 hari pertama untuk menguatkan semangat ibadah pada 15 hari kedua.
Baca Lagi: 10 Hari Terakhir Ramadhan
Ciri-ciri insan bertakwa, mulai dari iman kepada yang gaib, infak, mendirikan sholat, harus kita perhatikan betul. Jangan sampai siang puasa, malam qiyamul lail, tetapi tidak ada penguatan iman dan amal.
Lebih-lebih kalau masih jadi insan yang mudah marah, pendendam dan tidak berhasil mengubah cara berpikir dan perilaku menjadi lebih hasanah. Tentu kita tidak menghendaki hal demikian terjadi.
Jadi, kesempatan Ramadhan kita harus fokuskan salah satunya adalah dengan evaluasi. Mungkin kita tidak sampai pada target ideal sebagai orang yang bertakwa layaknya Nabi dan sahabat serta para ulama.
Tapi setidaknya kita masih berada pada jalur yang benar, jalur yang menjadikan kita nanti memiliki bekal yang cukup dan Allah ridhoi, sehingga Ramadhan tahun ini menjadi generator perubahan diri untuk lebih beriman dan bertakwa kepada Allah Ta’ala.
Sebab salah satu manusia paling rugi adalah ia yang Allah beri kesempatan bertemu Ramadhan kemudian ia tidak mendapatkan ampunan Allah. Artinya tidak sadar untuk segera membenahi diri, mengumpulkan bekal sebaik-baiknya. Na’udzubillah.*