Kira-kira Indonesia di 2024 akan seperti apa, termasuk di 2035 dan 2045? Generasi muda yang tidak tanggap pada hal itu tidak akan punya visi dan energi. Oleh kaena itu penting sekali kita berbenah menjadi generasi yang tanggap terhadap masa depan.
John M. Richardson, JR memberikan ungkapan menarik.
“Jika berbicara tentang masa depan, ada tiga jenis orang, yakni mereka yang membiarkannya terjadi, mereka yang membuatnya terjadi dan mereka yang bingung atas apa yang terjadi.”
Kalau kita merasa Indonesia terlalu luas, setidaknya kita tanggap terhadap masa depan sendiri. Tetapi bagaimana memunculkan kesadaran ini.
Baca Juga: Memulai Masa Depan
Seperti yang Nabi Muhammad SAW telah sampaikan, kita harus sadar bahwa kita adalah pemimpin. Artinya harus hidup dengan penuh tanggungjawab dan mencapai kemajuan dalam iman, taqwa dan tentu saja amal sholeh.
Sosok seperti Sulaiman Shah, Ertugrul, Usman dan akhirnya Muhammad Al-Fatih selalu tanggap akan masa depan.
Fokus mereka satu, membangun kejayaan dunia Islam. Oleh karena itu mereka menetapkan jalan perjuangan meski berat dan penuh tantangan.
Nah, mengapa dalam hidup kebanyakan orang sekarang banyak galau dan bingung? Boleh jadi karena memang tidak tanggap akan masa depan dan karena itu kesana-kemari tanpa misi dan kebaikan.
Robot vs Kemanusiaan
Ke depan, sekitar 85 juta pekerjaan akan hilang, tergantikan robot atau aplikasi. Semenara kemunculan peluang baru dalam hal pekerjaan itu jumlahnya sangat terbatas di sisi lain butuh keterampilan yang tidak sederhana alias sangat kompleks.
Ahli mengatakan bahwa 10 persen aktivitas manusia dalam jangka waktu 50 tahun ke depan akan tergantikan oleh kecerdasan buatan.
Mantan Menkominfo Rudiantara menilai, kecerdasan buatan merupakan salah satu teknologi yang semakin populer pada era revolusi industri 4.0. Meski demikian, dia menegaskan tujuan teknologi tersebut bukanlah untuk menggantikan tenaga kerja manusia.
Meski demikian Di tahun 2030, Kemenaker memprediksi akan ada 10 juta jenis pekerjaan baru yang belum pernah ada sebagai dampak dari otomatisasi tersebut.
“Kami sudah melakukan deskripsi dan telaah, kira-kira ada banyak pekerjaan yang muncul ada juga pekerjaan yang hilang dan berubah. Analisis kami, akan ada 23 juta jenis pekerjaan akan terdampak oleh otomatisasi, dan 10 juta pekerjaan baru yang belum pernah ada akan muncul di Indonesia tahun 2030,” kata Anwar di acara virtual Pasar Sakti, Kamis (29/7/2021).
Jadi, di tahun-tahun mendatang, situasi tidak lagi bisa disikapi secara sama sebagaimana masa kini apalagi masa-masa sebelumnya.
Artinya generasi muda harus sadar dan karena itu perlu bergerak maju secara akseleratif agar kemanusiaan tetap hidup dan tentu saja, dakwah dan pendidikan terus berjalan.
Pengembangan Diri
Merespon hal tersebut kaum muda harus sadar bahwa dari sekarang tidak ada agnda paling utama, selain pengembangan diri. Dan, pengembangan diri terbaik dalam sebuah lingkungan yang kondusif, yakni dengan cara berorganisasi.
Kita ketahui bahwa perubahan cepat tidak mungkin dilakukan seorang diri. Jadi, kaum muda jangan hanya asyik rebahan di dalam kamar lalu merasa diri sudah mengerti dunia hanya karena dalam 24 jam selalu terhubung.
Baca Lagi: Santri Hari Ini Tokoh Masa Depan
Sebagai manusia kita butuh pergaulan, komunikasi dan tentu saja membangun masa depan dengan lebih baik. Secara prinsip jika kesadaran ini dipahami dan menjadi identitas kaum muda negeri, insha Allah kita akan jadi generasi yang tanggap akan masa depan, yang fokus menempa diri. Menjadi manusia yang terbaik dengan sebanyak-banyak manfaat yang bisa kita hadirkan dalam kehidupan fana ini.*