Home Opini Gen Z dan Jurang Pemecatan: Saatnya Dakwah Digital Berperan
Dakwah tak lagi terbatas mimbar atau masjid. Ia hadir di sela-sela scrolling Instagram, Facebook, Twitter, dan TikTok. Pesan-pesan bijak, motivasi, dan edukasi dapat disebarkan secara luas. Pertanyaannya, kita sudah siap melakukan itu?

Gen Z dan Jurang Pemecatan: Saatnya Dakwah Digital Berperan

by Imam Nawawi

Fenomena pemecatan generasi Z di dunia kerja kembali menjadi sorotan serius berbagai pihak. Deputi Bappenas, Amich Alhumami, menyebut masalahnya bukan pada kompetensi teknis, tetapi keterampilan lunak (soft skill). Keterampilan seperti komunikasi, kerja tim, dan adaptasi menjadi tantangan utama generasi ini. Minimnya kemampuan ini menghambat mereka dalam memenuhi tuntutan lingkungan kerja yang dinamis dan kolaboratif.

Bappenas menilai pentingnya pelatihan keterampilan lunak untuk generasi Z agar siap bersaing di dunia kerja.

Soft skill harus diintegrasikan dalam pendidikan formal maupun pelatihan berbasis kerja.

Sisi lain perusahaan juga perlu berperan aktif dalam membimbing karyawan muda untuk meningkatkan kemampuan interpersonal. Kolaborasi antara pemerintah, perusahaan, dan institusi pendidikan menjadi kunci mengatasi masalah ini secara berkelanjutan.

Soft Skill

Keterampilan lunak, sering disebut soft skill, memang krusial di dunia kerja. Ada empat kerangka utama: berpikir kritis (critical thinking), kreativitas (creativity), komunikasi (communication), dan kolaborasi (collaboration).

Keempatnya, disingkat 4C, jauh lebih bermanfaat dari sekadar keahlian teknis (hard skill). Dunia kerja menuntut individu berinteraksi dan bekerja dalam tim.

Ilusi

Generasi Z, lekat dengan gaya hidup “soft life”. Mereka mendambakan kenyamanan, ketenangan, dan hidup santai.

Baca Juga: Dunia Tempat Ujian, Apa Buktinya?

Sayangnya, hasrat ini kadang berujung pada ilusi. Mereka berlomba menampilkan kesempurnaan di mata publik.

Tak hanya di media sosial, tapi juga dalam konsumerisme. Mereka gemar membeli barang penunjang “kesuksesan” secara impulsif, bahkan lewat skema pay later. Coba perhatikan sekitar kita, ada saja yang terlilit utang melalui pinjaman online.

Dakwah

Gaya hidup instan dan tekanan sosial digital ini membentuk mentalitas rapuh. Di sinilah dakwah media sosial menemukan urgensinya.

Dakwah tak lagi terbatas mimbar atau masjid. Ia hadir di sela-sela scrolling Instagram, Facebook, Twitter, dan TikTok. Pesan-pesan bijak, motivasi, dan edukasi dapat kita sebarkan secara luas. Pertanyaannya, kita sudah siap melakukan itu?

Kelompok muda yang peduli masa depan bangsa punya peran vital bisa menjadi agen perubahan dalam ranah digital.

Edukasi tentang etika bermedia sosial, literasi keuangan, dan pentingnya keseimbangan hidup perlu kita gencarkan.

Konten-konten kreatif dan inspiratif bisa menjadi penawar racun ilusi “soft life” yang menyesatkan. Dakwah di media sosial harus menyentuh akar permasalahan Gen Z.

Selain itu, penting untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan dan etika digital. Kelompok muda dapat menyebarkan pesan tentang pentingnya berpikir kritis, berkolaborasi, dan berkomunikasi secara efektif.

Mereka juga bisa mengampanyekan gaya hidup berkelanjutan dan bijak dalam konsumsi.

Dengan demikian, dakwah digital menjadi solusi preventif bagi permasalahan generasi Z. Siapkah kalian wahai Gen-Z untuk dakwah digital? Menjawab itu Pemuda Hidayatullah DKI aktif menyiapkan forum untuk kaum muda aktif dalam dakwah media sosial, dakwah digital.*

Mas Imam Nawawi

 

Related Posts

Leave a Comment