Home Berita Geger Rafael Punya Rp. 500 Miliar
Geger Rafael Punya Rp. 500 Miliar

Geger Rafael Punya Rp. 500 Miliar

by Imam Nawawi

Sore kemarin saya menyempatkan diri scrolling media sosial. Bagian paling atas di layar smartphone-ku menampilkan berita berjudul “PPATK Ungkap Nilai Transaksi Rafael yang Dibekukan Rp 500 Miliar.”

“Nilai transaksi yang kami bekukan nilainya D/K (Debit/Kredit) lebih dari Rp500 miliar dan kemungkinan akan bertambah,” ujar Kepala PPATK Ivan Yustiavandana, seperti lansir CNN (7/3/23).

Sementara itu Tempo melaporkan bahwa PPATK memblokir 40 lebih rekening milik eks pejabat Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Rafael Alun Trisambodo dan keluarganya.

Rekening itu terdiri dari milik pribadi, perusahaan atau badan hukum.

Angka Rp. 500 miliar itu tentu sangat banyak. Angka itu bahasa lainnya adalah Rp. 1/2 triliun.

Kalau seorang guru pelosok mengajar mendapatkan gaji, katakan Rp. 1.000.000, maka nilai Rp. 1/2 (setengah) triliun itu bisa menjangkau 1/2 juta guru.

Padahal laporan media menyebutkan bahwa pemerintah mengalami kekurangan 1 juta guru setiap tahun sepanjang 2020-2024.

Baca Juga: Perjalanan Kaya Inspirasi

Kalau satu orang yang mengabdi pada negara bisa memiliki uang Rp. 1/2 triliun, maka itu sudah cukup membiayai gaji 1/2 (setengah) juta guru.

Bayangkan saja kalau orang yang punya uang sebesar itu berpikir lurus dan peduli terhadap masa depan bangsa, rakyat Indonesia tak perlu ada yang hidup miskin sampai tidak bisa sekolah.

Manfaat

Lalu mengapa kasus seperti itu mencuat ke permukaan dan banyak orang-orang kaya mulai gelisah dengan kekayaan mereka?

Mungkin itu cara Allah mendidik bangsa ini, bahwa harta itu yang paling utama adalah manfaatnya.

Nabi SAW pun menerangkan bahwa orang yang terbaik adalah yang paling bermanfaat.

Kenapa Nabi SAW tidak mengatakan orang yang paling banyak uangnya?

Karena yang paling utama dalam diri manusia adalah kesadarannya. Kalau orang sadar, dirinya harus bermanfaat, maka dengan apapun ia akan melakukannya.

Jika memiliki kekayaan ia akan jadikan kekayaannya sebagai jembatan kebermanfaatan.

Apabila memiliki ilmu, maka ia akan gunakan ilmu itu bermanfaat bagi sesama.

Dengan demikian sebenarnya dalam mengisi kehidupan ini kita tidak perlu risau kalau tidak punya sesuatu yang sifatnya materi.

Sebaliknya jauh lebih bermanfaat jika kita mengecek dalam hati, adakah bara api untuk diri menjadi pribadi terbaik dalam pandangan Islam, yakni manusia paling bermanfaat.

Bahagia

Sekarang bayangkan, seperti apa rasa yang ada dalam hati Rafael dan keluarga, apakah mereka bahagia?

Sekiranya kekayaan itu memang bersumber dari jerih payah yang legal dan halal, tentu akan baik-baik saja. Dengan catatan kewajiban zakat, kesunahan infak dan sedekah menjadi amalan yang sering dilakukan.

Baca Lagi: Kehangatan

Rasulullah SAW sendiri memilih hidup sederhana. Itu karena beliau memahami betul bahwa kebahagiaan tidak otomatis karena banyaknya uang atau kekayaan. Tetapi kebermanfaatan bagi semesta alam, rahmatan lil ‘alamin.

Meski demikian Rasulullah mendorong para sahabatnya rajin bekerja agar berdaya, mandiri dan tidak jadi peminta-minta.

Pada akhirnya kita penting mengambil ibrah, bahwa kekayaan bukanlah sumber kebahagiaan sejati. Silakan kaya, tapi tetap teguhkan iman dan takwa. Bukan merajalela melupakan diri sebagai hamba Allah Ta’ala.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment