Seperti awan mendung yang semakin tebal dan menghitam memberikan tanda akan turun hujan, begitu pula dengan orang-orang yang akan binasa. Semua akan dan telah memberikan tanda-tanda.
Kalau memperhatikan surah An-Naml ayat 43 – 53, kita temukan pola kaum yang akan hancur itu. Saya sebut pada kesempatan ini dengan istilah “gaya” yang maksudnya adalah cara berpikir dan cara mengisi kehidupan.
Senantiasa, terhadap kaum yang mereka memperturutkan hawa nafsu dan menyembah berhala, Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang mengutus seorang rasul kepada kaum itu.
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus kepada (kaum) Tsamud saudara mereka Shaleh (yang berseru): “Sembahlah Allah”. Tetapi tiba-tiba mereka (jadi) dua golongan yang bermusuhan.” (QS. An-Naml: 45).
Alih-alih mendengar ajakan Nabi Shaleh secara cerdas, kaum Tsamud itu malah menyoal apakah Nabi Shaleh benar atau salah, sehingga mereka terbelah ke dalam dua kelompok. Satu beriman, yang lain kafir.
Baca Juga: Jangan Pernah Krocokan Pikiran Anda Sendiri
Padahal, untuk mengetahui Nabi Shaleh benar atau salah, mereka cukup mengaktifkan akal sehat dan membuka mata hatinya. Akan tetapi kesombongan mencegah mereka mampu melakukannya.
Berlebihan Memandang Kekuatan Diri
Dampak dari ketidakmauan berpikir dan membuka mata hati menjadikan kaum Tsamud yang kafir merasa dirinya aman, tidak akan merugi dan memandang seruan Nabi Shaleh kalau diikuti akan membuat mereka sengsara.
“Dia (Nabi Shaleh) berkata: “Hai kaumku mengapa kamu meminta disegerakan keburukan sebelum (kamu minta) kebaikan? Hendaklah kamu meminta ampun kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat”. (QS. An-Naml: 46).
Ayat itu memberikan gambaran gaya hidup kaum Tsamud yang justru rusak, mereka menantang mana azab dari Tuhan itu?
Dalam kata yang lain, mereka merasa tidak butuh rahmat Allah. “Apaan pula itu rahmat Allah?” begitu dalam pikiran mereka.
Mungkin mereka juga berpikir. “Kita bisa hidup tenang, senang begini. Apalagi ikut-ikut seruan Nabi Shaleh itu. TIdak penting, kalau memang dia benar, suruh datangkan saja itu azab yang Nabi Shaleh sampaikan.”
Binasa
Pendek kata, tibalah apa yang Allah janjikan dan telah Nabi Shaleh sampaikan.
“Maka itulah rumah-rumah mereka dalam keadaan runtuh disebabkan kezaliman mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu (terdapat) pelajaran bagi kaum yang mengetahui.” (QS. An-Naml: 52).
Jadi, kesombongan, keingkaran hati dari menerima seruan kebaikan kepada Islam, cepat atau lambat pasti mengundang azab Allah Ta’ala. Fakta sejarah itu Allah ingin kita menjadikannya sebagai pelajaran.
Sebagian tafsir menggambarkan, rumah-rumah kaum Tsamud runtuh, dindingnya roboh, atapnya runtuh dan tidak ada lagi penghuni atau orang yang datang ke sana.
Kisah dalam Alquran adalah fakta sejarah yang tak satupun jurnalis dan sejarawan mampu menjangkaunya. Akan tetapi apa yang ada dalam Alquran, pasti benarnya.
Baca Lagi: Pikiran Manusia Kecil
Berarti siapa saja, individu, kelompok, atau kaum, yang telah diberi peringatan, namun terus-menerus merasa dirinya bisa mengatur segalanya, karena merasa punya kuasa, harta dan kekuatan. Maka catat, yang begitu itu sedang menuju puncak kebusukan dan kebinasaan.*