Dalam dua hari terakhir, jika ada kesempatan luang, saya selalu menyambar buku karya M. Iqbal, Rekontruksi Pemikiran Religius dalam Islam. Kata yang begitu kuat dalam benak saya adalah “Penilaian yang bersandar pada pengalaman religius sepenuhnya memuaskan uji intelektual.”
Saya pun coba menerawang beragam kisah Nabi dan Rasul di dalam Alquran. Luar biasa, memang benar-benar menjadikan akal kita puas dan akhirnya tunduk dan bertasbih kepada Allah.
Baca Juga: Energi Shalat untuk Hidup Tetap Sehat
Dimana semua kisah kemenangan Nabi dan Rasul basis dan perjuangannya satu, yakni mengandalkan kekuatan Allah yang didownload dengan cara istiqomah dalam dakwah dan ibadah.
Konteks Modern
Dan, fakta tentang betapa luar biasanya keyakinan dan keimanan dalam bahasan ini diambil istilah religius tetap hadir hingga saat ini.
Terbaru ialah pilihan dua wanita Inggris bersyahadat setelah melihat bagaimana akhlak M. Salah, pemain inti Liverpool.
Dua perempuan kakak-adik itu ialah Amy dan Nikki. “Kami dipengaruhi oleh perilaku Muslim di Eropa dan kerendahan hati Mohamed Salah,” tutur dia seperti dilansir dari Gulf Today, Selasa (24/8).
Artinya jelas, tampilan kebaikan ajaran Islam dalam wujud perilaku akan memberi pengalaman religius mendalam bagi orang lain. Sekalipun masih bersifat luaran dan hanya impresi pertama, kekuatannya langsung mampu mengubah hati, sehingga mantap bersyahadat.
Lebih jauh, seperti Amy dan Nikki ia terdorong datang ke Mesir dan melihat bagaimana Islam dan umat Islam di sana. Kesimpulan mereka satu, bahwa apa yng disajikan beberapa media tentang Islam ternyata bertolak belakang.
Pengalaman Kita?
Sekarang saatnya kita melihat ke dalam, pengalaman religius apa yang pernah kita alami dan begitu kuat mengokohkan iman di dalam hati?
Setiap orang beriman, pasti memiliki pengalaman religius semacam ini, walau pun bobotnya tidak sama.
Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana pengalaman yang ada itu menjadi satu pilar penting tegaknya iman dan etos hidup yang lebih progresif di atas keimanan, sehingga diri menjadi manusia yang terus konsisten di dalam kebaikan-kebaikan atas dasar iman.
Baca Lagi: Apa Bentuk Jihad Kita?
Sebab, kata Iqbal, semua itu menunjukkan hadirnya kehendak kreatif yang diarahkan secara rasional dan berdasarkan sejumlah argumen yang mendorong terwujudnya sebuah pengalman.
Jadi, pantas jika dikatakan pengalaman adalah guru terbaik. Karena dalam pengalaman tersaji hasil kerja kehendak, pemikiran sekaligus sistem penjelas dari apa yang dinilai penting dan bermanfaat.*