Home Opini Formula E Ungkap Ketidakdewasaan

Formula E Ungkap Ketidakdewasaan

by Imam Nawawi

Gelaran Formula E sebenarnya penting bagi wajah Indonesia. Karena itu ajang ini mestinya mendapat dukungan semua pihak. Tapi nyatanya?

BUMN menjadi pihak yang dapat sorotan. Hal ini karena muncul penilaian BUMN tidak serius dalam mendukung Formula E dengan tidak jadi sponsor helatan itu.

Baca Juga: Desain Politik 2024

Tentu saja pihak BUMN tidak diam begitu saja. Argumen soal prosedur pun menjadi andalan untuk sampai ke masyarakat.

“Dalam mendukung even besar dan berskala internasional, BUMN memerlukan waktu untuk melakukan proses pengkajian sponsorhip, termasuk juga melakukan pengkajian secara kelayakan bisnis dan model kerjasama agar memenuhi prinsip Good Corporate Governance (GCG) dan proses ini bervariasi sesuai aturan tiap perusahaan,” tegas Juru Bicara Kementerian BUMN, Arya Sinulingga sebagaimana lansir CNBC.

Sementara itu Ketua Panitia Pelaksana (Organizing Committee) Formula E Jakarta 2022 Ahmad Sahroni menilai argumen itu tidak relevan.

“Toh BUMN sudah tahu ada event dunia kok dan saya sebagai ketua OC sudah bertemu langsung dengan pak Erick [Thohir] di kantornya,” ujar Sahroni seperti lansir CNN Indonesia.

Ketidakdewasaan

Ketidakdewasaan berarti seseorang berada dalam keadaan tidak dewasa. Alias masih anak-anak, tidak cukup akal, belum matang dalam berpikir dan berpandangan.

Secara umum publik dapat melihat itu dengan mudah. Sebab utamanya ialah karena berbeda jalan dalam hal politik. DKI identik dengan Anies Baswedan, sosok yang memang terampil dalam banyak hal, mulai akademik, bicara hingga bekerja.

Nah orang yang walaupun usianya telah melampaui 40 tahun kalau terkena ketidakdewasaan maka akan sulit mengenali ssii yang dirinya perlu intropeksi. Sama sekali ia tidak kenal kamus intropeksi diri.

Lebih jauh orang yang berada dalam ketidakdewasaan akan sulit berkolaborasi. Sulit memecahkan masalah secara kreatif dan cenderung maunya sendiri.

Nah, bicara politik dalam negeri, situasi penuh ketidakdewasaan itu yang kerap terjadi. Oleh karena itu berita dan narasi soal politik kerap kali tidak berbobot dan memberi dampak kecerdasan bagi masyarakat.

Butuh Kedewasaan

Bangsa Indonesia sangat butuh pemimpin yang dewasa. Yang minimal bisa membedakan mana interes pribadi mana wajah bangsa.

Dalam konteks helatan dunia, saatnya segala perbedaan politik ataupun “singgungan” masa lalu dikesampingkan.

Hal ini bukan semata-mata untuk membangun citra yang positif ke luar. Tetapi juga menempa diri lebih dewasa.

Baca Lagi: Pantangan Bagi Pemuda

Kedewasaan berpolitik inilah yang sangat dirindukan oleh rakyat Indonesia. Sehingga kalau pun terjadi “pertengkaran” politik semua bisa semakin cerdas. Bukan saling benci tanpa alasan. Dan, seakan-akan satu sama lain harus terus bermusuhan.

Kalau cara pandang para pemegang jabatan terhadap politik hanya sebatas itu, benar-benar sebatas itu, lebih baik mundur. Karena ada generasi muda yang lebih siap membawa bangsa ini “bertengkar” secara politik dengan gaya yang lebih progresif dan beradab.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment