Home Opini Filsafat Publik untuk Insiden Baku Tembak Antar Polisi
Filsafat Publik untuk Insiden Baku Tembak Antar Polisi

Filsafat Publik untuk Insiden Baku Tembak Antar Polisi

by Imam Nawawi

Jagat publik kini ramai dengan pemberitaan kasus polisi tembak polisi. Insiden baku tembak itu jadikan publik sangat ingin tahu. Artinya dalam insiden baku tembak antar polisi itu, publik mau berfilsafat.

Maksudnya adalah publik ingin mengetahui kasus itu secara sistematis, radikal dan kritis. Dan, seperti itulah yang tampaknya banyak pihak menangkap.

Baca Lagi: Filsafat Kematian

Tidak heran kalau kemudian beberapa pihak mendorong agar kasus ini benar-benar diungkap seterang-terangnya.

Namun, tulisan ini tidak akan mengulas kasus itu secara spesifik. Tetapi lebih pada mencoba menyegarkan bahwa dalam kondisi tertentu publik sangat tertarik dengan kegiatan filsafat itu sendiri. Meski pun itu bukan filsafat yang sesungguhnya.

Dampak

Dampak dari kasus yang terjadi, beberapa pihak menilai itu janggal. Karena itu publik pun mulai masuk pada pengertian pokok filsafat itu sendiri. Indikasinya jelas.

Pertama, muncul spekulasi yang bahasa orang adalah setiap kepala punya kesimpulan masing-masing.

Dalam filsafat spekulatif dalam rangka menyajikan suatu pandangan sistematik secara lengkap tentang seluruh realitas. Media sedang bekerja untuk itu, karena publik tampak memang menghendakinya.

Kedua, ingin menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuan, sehingga hakikat jelas, kemudian absah secara nalar.

Seperti kata Plato (427-348 SM) filsafat adalah pengetahuan yang bersifat ingin sampai pada kebenaran yang asli.

Logis

Lebih jauh sekarang publik menantikan penjelasan yang logis, tidak zig-zag, lompat-lompat, apalagi akrobat. Ini wajar, karena sifat akal manusia memang mencintai hal yang logis.

Dalam perspektif logika sebagai ilmu, publik ingin melihat dan memastikan bahwa semua penalaran yang terpublikasi dalam media benar-benar sah alias masuk akal.

Jika itu tidak tersaji maka publik akan melihat bahwa ada ketidaksehatan dalam cara berpikir.

Dan, itu tidak relevan dengan kajian ilmu logika itu sendiri, yang menghendaki manusia berpikir tertib, benar dan menerapkan kaidah berpikir yang rasional.

Baca Juga: Metode Membangun Kesadaran

Dalam konteks ini maka publik masuk dalam sebuah keingintahuan yang penting.

Tinggal bagaimana rasa ingin tahu ini juga meluas dan mendalam pada sisi-sisi yang menjadikan diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara semakin baik. Pada tingkat ini, kita semua punya harapan.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment