Kalau ingin dapat banyak pelajaran dan keyakinan untuk meniti kehidupan penuh kebaikan dengan cara ringan dan menyenangkan, maka tontonlah Film Buya Hamka. Sebuah film yang benar-benar kaya.
Saya gunakan istilah kaya untuk menggambarkan dengan mudah bahwa menonton Film Buya Hamka akan menjadikan kita tahu banyak hal dalam tempo hanya 100 menit.
Bukan sekadar sejarah, sosok Buya Hamka, tetapi juga Indonesia, literasi, dakwah, keluarga, cinta dan perjuangan kemerdekaan.
Baca Juga: Cara Buya Hamka Membangun Jiwa Besar
Lebih jauh menonton FIlm Buya Hamka membuat saya mengerti betapa perjuangan kadang berhadapan dengan pilihan sulit.
Itu saya saksikan ketika Buya Hamka mendapat telegram dari Padang Panjang bahwa putranya yang bernama Hisyam meninggal dunia.
Sementara Buya Hamka masuk masa deadline Majalah Panji Masyarakat. Maka Buya Hamka memutuskan media kebanggaan masyarakat itu terbit dengan sebaik-baiknya dengan tetap bekerja.
Barulah setelah usai berangkat dari Medan ke Padang Panjang. Terbayang bukan bagaimana sedihnya sang istri Buya Hamka, Siti Raham yang sendiri mengurus sang anak yang tiada?
Istri Tangguh
Beberapa waktu kemudian, Buya Hamka tiba dengan wajah tak tahu harus berkata apa kepada sang istri yang biasa ia panggil “Ummi.”
Namun, sang istri membesarkan hati Buya Hamka. “Allah lebih mencintai anak kita, Hisyam.”
Buya Hamka sedikit tenang, tetapi air mata yang berlinang tak lagi dapat ia bendung di hadapan istrinya.
Baca Lagi: 3 Cara Membangun Kepribadian
Istri Buya Hamka benar-benar sosok tangguh. Ia selalu ada di setiap momen penting kehidupan Buya Hamka.
Beberapa keputusan besar yang Buya Hamka ambil, sebagian atas saran dan usul sang istri.
Sebagai sosok yang berjuang mencerdaskan bangsa melalui literasi sang istri tahu betul bahwa dakwah sang suami sangat strategis.
Kepada Buya Hamka yang juga pandai menulis roman, Raham berkata bahwa dakwah melalui tulisan roman itu penting. Raham memanggil sang suami dengan sebutan “Engku.”
“Engku harus terus melakukan. Sebab dakwah bukan hanya pada mimbar masjid dan tausiyah,” begitu kira-kira ucapannya.
Suami mana yang perjuangannya mendapat dukungan dari istri tidak mendapat energi berlipat-lipat dalam hati. Itulah Buya Hamka, sosok hebat dengan istri yang tangguh.
Segera Saksikan
Ingin rasanya menuangkan juga luapan jiwa kala sedang menonton FIlm Buya Hamka. Tetapi bagaimanapun media ini sangat terbatas.
Kepada teman-teman yang saya temui usai menonton saya tanpa ragu merekomendasikan, ayo segera saksikan.
Saksikanlah film yang kaya akan muatan nilai, edukasi, adab, teladan, dan inspirasi dalam mengisi kehidupan ini.
Insyaallah kita akan jadi manusia yang benar-benar manusia.
Buya Hamka dalam film itu juga mengatakan, “Kalau hidup sekedar hidup, babi di hutan pun hidup. Kalau bekerja sekadar bekerja, kera juga bekerja.”
Mungkin saya izin meneruskan. “Kalau film sekadar film saja orang saksikan. Maka FIlm Buya Hamka yang kaya ini, apakah kita akan lewatkan?*