Hari gini tidak memahami politik, itu sangat berbahaya. Sederhana, harga BBM, kenaikan harga sembako, tafir dasar listrik, merupakan bagian dari kebijakan politik. Dan, karena itu fakta dalam setiap peristiwa politik memang harus kita pahami dengan baik.
Alasan utama mengapa fakta dalam setiap peristiwa politik penting adalah karena media massa pun menilai hal itu sebagai sesuatu yang menarik untuk jadi bahan pemberitaan.
Malah sebelum sekarang, tepatnya 2009 silam ada istilah politik dalam era mediasi (politics in the age of mediation).
Baca Juga: Bicara Politik
Artinya akan seperti apa perbincangan publik, lihat dulu, bagaimana media mengangkat fakta dalam peristiwa politik. Bahkan sekarang pun dalam beberapa hal, itu masih terjadi.
Lalu apa yang penting untuk kita pahami, sebagai anak muda dan bagian dari publik, dalam melihat fakta dalam peristiwa atau realitas politik belakangan ini?
Cerdas
Orang cerdas sekarang itu harus. Kalau tidak ia akan mudah makan hoax. Pertanyaannya bagaimana menjadi cerdas dalam politik.
Pertama, lakukan pengamatan. Artinya lakukanlah kegiatan mengamati dengan penuh kecermatan.
Misalnya, Ketua DPRD DKI Jakarta, Prasetyo Edi soal sumur resapan. Dalam berita tempo.co muncul berita soal dia.
Judulnya, “Dahulu Bilang Cocoknya untuk Kolam Lele, Sekarang Prasetyo Edi Sebut Sumur Resapan Program Baik.”
Artinya ada dua fakta yang sedang diangkat. Dahulu dan sekarang, objeknya sama, sumur resapan.
Sekarang atau tepatnya baru-baru ini ia mengatakan sumur resapan baik. Padahal dahulu ia berpandangan sumur resapan itu tidak demikian.
Bahkan dengan otoritasnya ia menjadi orang yang mengusulkan penghapusan anggaran pembuatan sumur reasapan di APBD DKI 2022.
Artinya pada sikap dan cara memandang satu objek yang seperti itu dan didukung pemberitaan media, kita harus cerdas menempatkannya secara logis dan proporsional.
Bersikap
Setelah melakukan pengamatan (walau sederhana) kita baru bisa bersikap dengan pasti.
Semakin amatan yang kita lakukan berkualitas, sikap kita akan dewasa, cerdas dan tentu saja tidak ikut-ikutan orang bicara. Kita memiliki pegangan sendiri.
Bahkan lebih jauh, semakin upaya mengamati itu menjadi budaya dalam diri, kita bisa ikut bernarasi bagaimana memandang fakta dalam peristiwa politik.
Termasuk dalam hal menyikapi pemberitaan media. Dalam tulisan Nacota Yeshida Sapahuma yang berjudul “Realitas Politik dalam Media Massa” kita temukan pandangan bahwa bagaimanapun media massa memiliki yang namanya sikap dan partisipasi aktif dalam memandang realitas politik.
Baca Lagi: Santai Saja Bahas Politik
Jadi, sebagai anak muda, sebagai publik, kita harus memahami betul apa itu fakta dalam peristiwa politik, agar bisa memandang secara objektif kemudian bersikap adil.
Kalau begitu, insha Allah, kecemasan orang akan polarisasi yang menguat seperti pemilu sebelumnya, kita bisa ikut hindari untuk terjadi.*