Orang suka menyebut Ramadhan bulan kemenangan. Dan, seperti jamak orang pahami, kemenangan itu adalah buah dari perjuangan. Orang yang mau berjuang tentu orang yang siap berkorban. Jelas semua itu butuh energi. Langsung saja, apa energi Ramadhan itu?
Energi kehidupan dalam pandangan mata kepala kita tentu saja matahari. Kemudian angin, air dan beragam kandungan bumi berupa bahan tambang.
Baca Juga: 10 Hari Terakhir Ramadhan
Semua itu telah menjadikan manusia mampu menghadirkan lompatan teknologi, budaya dan kehidupan.
Namun, sehebat-hebat manusia menemukan sesuatu, hawa nafsu sering kali jadi penentu.
Akibatnya kita menjadi bakir, semua energi itu ternyata tidak semua tepat sasaran. Sebagian berdampak buruk bagi alam. Seperti polusi pabrik dan kendaraan bermotor.
Kecerdasan
Kalau kita tarik dalam ruang lingkup Ramadhan, energi itu tidak lain adalah kesadaran jiwa untuk memahami kehendak Tuhan yang dengan itu hati menjadi seperti senjata kala memberantas kemungkaran.
Menjadi seperti benteng kokoh kala menghadapi tantangan demi tantangan yang tidak ringan.
Energi menyerang itu melahirkan sikap tekun dan taat dalam beribadah. Energi bertahan itu menjadikan diri tidak silau dengan hijau dunia, sehingga memandang uang lebih mulia daripada iman dan akhlak.
Itulah mengapa Nabi SAW memberikan penjelasan bahwa orang yang cerdas itu adalah yang menyiapkan kehidupan setelah kematian dengan mengendalikan hawa nafsu.
Energi itulah yang ada dalam diri Abu Bakar Ash-Shiddiq, sehingga dalam 24 jam selalu ingin beramal yang terbaik.
Hal itu pula yang ada dalam diri Umar bin Khattab, sehingga walaupun dirinya presiden dunia, ia tak sempat mendambakan Rubicon atau Harley Davidson. Begitu pula Utsman dan Ali ra.
Maslahat
Ramadhan adalah bulan yang efektif untuk diri memiliki energi menghadirkan maslahat bagi kehidupan umat.
Seperti ungkapan bahwa energi itu sifatnya kekal, maka Islam mendorong kita semua fokus pada satu hal, yakni melakukan kebaikan.
Kebaikan yang kita lakukan akan kembali kepada diri sendiri menjadi satu kebaikan yang lebih besar dan sangat kita butuhkan.
Baca Lagi: Guru Sentral Peradaban
Sebaliknya, siapa menebar keburukan, maka sungguh energi itu akan kembali pada diri sendiri.
Lihatlah bagaimana dahulu Firaun bertindak zalim dengan menyembelih bayi laki-laki Bani Israel. Akhirnya pukulan buruk itu menyeret dirinya ke tengah laut dan tenggelam dengan seluruh bala tentaranya.
Jadi, kalau Ramadhan ini energi kesadaran itu tidak hadri. Pada bulan apa lagi diri ini akan memiliki energi kemenangan?*