Home Hikmah Energi Anak Shaleh: Refleksi tentang Kebaikan Merawat Anak
Energi anak shaleh

Energi Anak Shaleh: Refleksi tentang Kebaikan Merawat Anak

by Imam Nawawi

Energi anak shaleh, maksudnya seperti apa?

Jadi, begini. Kemarin, saya bertemu seorang pegiat pendidikan dari sebuah desa kecil di Jawa Timur. Kisahnya menyentuh hati, sekaligus menggugah pikiran.

Lahir dari keluarga sederhana, ia tumbuh dalam rumah tangga yang jauh dari nuansa religius. Hingga lulus SMK dan merantau ke Jakarta, sang ayah belum pernah mendirikan salat.

Takdir membawanya ke dunia pendidikan, mengabdi di sebuah pesantren di Malang.

Dalam perjalanan itu, ia memberanikan diri membuka dialog yang penuh cinta dan keberanian kepada ayahnya.

“Bapak, bagaimana kalau mulai salat? Jangan sampai nanti saat saya melamar gadis, saya ditolak karena bapak belum salat,” pintanya dengan lembut.

Jawaban sang ayah sederhana, “Ya, saya akan coba, jangan buru-buru.”

Walau tak langsung memuaskan, bibit harapan itu tumbuh. Hingga suatu hari, sang ayah benar-benar mulai salat.

Membawa Energi

Kisah ini mencerminkan satu hal mendalam: anak shaleh membawa energi kebaikan yang luar biasa.

Baca Juga: Belajar dari Anak Pecinta Alquran

Dalam perspektif sejarah, berbagai peradaban menegaskan peran penting generasi muda.

Nabi Ibrahim AS dan dialognya dengan Ismail AS adalah bukti kuat bahwa anak bukan hanya penerus, tetapi juga sumber kekuatan moral bagi orang tua.

Dalam filsafat, Aristoteles pun mengajarkan pentingnya “eudaimonia” atau kebahagiaan yang dicapai melalui kebajikan, termasuk dalam hubungan antara orang tua dan anak.

Logika pun menguatkan pesan ini. Dunia modern sering kali terperangkap dalam narasi ketakutan—takut ekonomi tidak cukup, takut kehilangan kebebasan.

Namun, memiliki anak, terutama anak yang tumbuh menjadi pribadi shaleh, membuktikan bahwa mereka adalah “rezeki” dalam bentuk yang lebih dari materi: mereka adalah penunjuk jalan, pengingat kebaikan, dan sumber energi untuk memperbaiki diri.

Gus Baha juga kerap menegaskan bahwa ketika ia melihat anaknya sujud, itu sudah syukur luar biasa. Karena anak kita tahu siapa Allah lalu menyembah kepada-Nya.

Investasi Abadi

Merawat dan mendidik anak adalah investasi abadi. Ketika kita menanam nilai-nilai kebaikan dalam diri mereka, hasilnya bukan hanya bagi mereka, tetapi juga bagi kita.

Anak shaleh tak hanya membawa doa bagi orang tuanya, tetapi juga menguatkan fondasi moral dalam keluarga dan masyarakat.

Maka, jangan ragu untuk merawat dan mencintai anak-anak kita.

Dalam setiap tawa dan doa mereka, ada energi yang mampu menggerakkan dunia ke arah kebaikan. Karena anak shaleh adalah hadiah, bukan beban.*

Mas Imam Nawawi

Related Posts

Leave a Comment