Fitra, itu nama anak muda yang kemarin menemaniku dalam agenda Belanja Ceria BMH bersama Kang Maman yang didukung oleh BRM di Depok. Ia seperti menjadi manusia pilihan. Bagaimana tidak setelah mondar-mandir menyiapkan makan anak yatim. Tidak lama setelah mereka usai melahap makanan dengan nikmat, seorang anak yatim laki-laki mendekati Fitra. Tangannya secepat kilat memijat bahunya.
Saya bersama Kang Maman yang melihat kejadian itu tersenyum bahagia. “Berkah, berkah,” kata Kang Maman.
Sementara saya berkata, “Luar biasa. Barusan berbuat baik, balasan kebaikan sudah datang”. Fitra tersenyum bahagia.
Pijatan dari Hati
Setelah satu jam berlalu, ketika tiba di rumah saya masih ingat kejadian itu. Bahwa pijitan itu tidak lahir kecuali dari hati.
Kalau saja sikap Fitra itu jadi pilihan sikap para pejabat, berapa banyak rakyat yang akan memijat bahu dan pundak para pejabat itu.
Pijitan bisa berupa doa yang membumbung ke langit. Menembus lapisan langit tertinggi hingga kemudian turun balasan lebih indah berupa berkah.
Rakyat yang memijat pemimpin dan pemimpin yang membela rakyat akan mengundang keberkahan luar biasa.
Mungkin cerita dan bahkan tindakan korupsi akan berhenti. Karena orang tahu betapa membela rakyat itu nikmat. Rakyat pun sama, betapa memilih pemimpin adil itu butuh watak yang tak kerdil.
Fitra tak kenal siapa anak yatim itu. Pun anak yatim itu tak begitu dekat memahami siapa Fitra. Keduanya hanya paham satu hal, mereka sama-sama dalam kondisi saling memberi kebaikan.
Pesan Kebaikan
Ketika saya masih anak-anak, ibu sering berpesan bahwa kebaikan yang kita lakukan pasti akan Allah balas. Kalau tidak sekarang Allah simpan untuk kita bisa lepas dari kesulitan pada masa mendatang.
Oleh karena itu jangan berhenti berbuat baik. Mungkin tidak selamanya manusia akan mengucapkan terimakasih. Tetapi Tuhan telah menetapkan satu hukum pasti, tidak ada kebaikan kecuali mengundang datangnya kebaikan.
Sedangkan guru ngajiku semasa SD juga tak bosan mengatakan, bahwa kebaikan kita, apalagi yang lahir dari iman, itu akan mengundang pertolongan Allah.
Pahala dunia dapat, akhirat juga telah Allah siapkan. Karena Allah sangat mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.
“Rugi sekali kalau kita tidak berbuat baik,” Nizar, anak yatim yang sejak sore menemaniku dan Kang Maman berkomentar.*