Hari ini, kala sinar matahari belum menyapa bumi, saya membuka internet. Dua berita saya baca, yakni tentang kekayaan bos Alfamart yang kekayaannya mencapai Rp. 27,1 triliun dan Kopi Kenangan yang kini memiiki nilai perusahaan sebesar $ 1 miliar. Keduanya adalah usaha yang ada di Indonesia yang jelas secara nilai menunjukkan ekonomi menguat sekalipun tak berarti itu masyarakat bisa mendapat manfaat langsung.
Dilansir idxchannel, kekayaan bos Alfamart Djoko Susanto sangat fantastis. Menurut Majalah Forbes 2021, ia masuk 10 (sepuluh) orang terkaya di Indonesia. Dan, dengan bisnis yang begitu besar, total kekayaannya pada tahun 2022 mencapai angka $ 1,9 miliar atau setara Rp 27,1 triliun.
Sementara itu, Kopi Kenangan dengan peningkatan kekuatan yang diraih kini tengah fokus ekspansi baik di dalam negeri maupun luar negeri dengan fokus di Asia Tenggara.
Baca Juga: Wakaf Kuatkan Ekonomi Umat
Dilansir oleh Forbes, CEO Kopi Kenangan, Edward Trinata mengatakan bahwa pihaknya akan terus memperluas jejak dengan cepat ke ribuan toko di seluruh Asia Tenggara dan memperluas penawaran, karena misi adari Kopi Kenangan adalah menjadi merek konsumen yang paing dicintai di Asia Tenggara.
Perhatian Penting
Tentu sebagai bagian dari anak bangsa, semua pihak bangga ada usaha di Indonesia yang terus maju dan berkembang. Selain itu semua juga dapat belajar, bahwa usaha di Indonesia bisa juga tampil pada pencapaian yang maksimal.
Tetapi, sebagai sebuah negara, dimana rakyat Indonesia tersebar dari Sabang sampai Merauke, pemerintah bahkan masyarakat sendiri penting menaruh perhatian yang urgen pada sisi ekonomi ini.
Jangan sampai usaha yang maju di negeri ini tidak memberi dampak signifikan bagi peningkatan kesejahteraan rakyat, bangsa dan negara. Tentu ini bukan tugas pengusaha yang sukses di atas secara keseluruhan. Tetapi dengan prinsip gotong royong, kekuatan ini bisa menjadi “modal” untuk membangkitkan ekonomi seluruh elemen bangsa.
Terlebih selama pandemi, kemiskinan angkanya kian bertambah. Anggota Komisi XI DPR RI, Achmad Hafisz Tohir menjelaskan, angka kemiskinan di Indonesia bertambah 1,12 juta orang pada Mei 2021. Dengan pertambahan tersebut maka total rakyat Indonesia yang masuk dalam kategori miskin mencapai 27,54 juta orang.
“Ini menunjukkan bahwa sistem perekonomian yang sedang berjalan saat ini tidak pro rakyat miskin, karena terbukti golongan mampu malah bertambah jumlahnya. Sedangkan rakyat miskin juga bertambah bukannya berkurang,” ujarnya, di Jakarta, Senin (6/9/2021) seperti dikutip oleh liputan6.com.
Sementara itu, seperti dilansir lipi.go.id dari merdeka.com Peneliti Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Carunia Mulya Firdausy menyebut dampak pertumbuhan ekonomi Indonesia belum dirasakan secara merata ke seluruh masyarakat. Bahkan, hal ini hanya dirasakan oleh kalangan kelas menengah ke atas.
Dia mencatat, pertumbuhan ekonomi ini hanya dirasa oleh 20 persen masyarakat golongan menengah ke atas. Sedangkan, 80 persen masyarakat lainnya dari golongan menengah ke bawah belum merasakan dampak dari pertumbuhan ekonomi.
“Pertumbuhan ekonomi ternyata tidak secara otomatis mampu menghapus kemiskinan dan ketimpangan pendapatan,” kata Carunia di gedung LIPI, Jakarta, Selasa (20/9/2016).
Keberpihakan
Oleh karena itu penguatan ekonomi Indonesia butuh yang namanya keberpihakan pemerintah secara adil, sehingga capaian peningkatan ekonomi dapat dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia, sebagaimana sila ke V Pancasila, “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.”
Secara konkret, melalui kebijakan CSR yang merupakan wujud tanggung jawab sosial perusahaan, pemerintah bisa mendorong agar hal itu bisa diwujudkan dalam rangka membangun manusia Indonesia yang siap bersaing dan memenangkan percaturan ekonomi dunia.
Terlebih di dunia internasional disebutkan bahwa kewajiban korporat yang tergabung dalam ISO ialah menyejahterakan komunitas di sekitar wilayah usaha yang ditetapkan dalam pertemuan antarkorporat dunia di Trinidad pada ISO/COPOLCO (ISO Commitee on Consumer Policy) workshop 2002 di Port of Spain.
Selain itu CSR dihadirkan dalam rangka perusahaan dapat memberikan nilai pada masyarakat, berpartisipasi dalam kesadaran lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas karyawan yang bekerja di perusahaan.
Namun demikian, rakyat Indonesia, terkhusus kaum muda harus berusaha menempa diri membangun mental entrepreneurship secara ajeg dan berkesinambungan. Tidak bisa rakyat Indonesia sejahtera kalau tidak ada komitmen untuk menjadi sejahtera.
Baca Lagi: Sowan ke Pak Fathan, Ekonom NU Politisi PKB
Dan, untuk memulai itu ialah dengan membuka kesadaran diri, membaca lebih rajin dan terbuka, kemudian hidup dengan produktivitas tinggi.
Latihlah dengan langkah nyata walau sederhana, seperti bangun dan memulai aktifitas lebih pagi lagi. Jadikan internet sebagai alat mengasah kecerdasan dan membangun jaringan. Terakhir, berhenti memanjakan diri dengan kemalasan yang merupakan induk dari kebodohan dan kemiskinan.*
Mas Imam Nawawi