Mas Imam Nawawi

- Artikel

Ego Negatif, Waspadalah!

Kita tentu tidak asing dengan kata “ego.” Sigmund Freud menilai ego sebagai bagian dari struktur kepribadian yang berperan sebagai mediator. Mediator antara dorongan-dorongan primitif dari id (naluri bawah sadar) dan tuntutan-tuntutan moral dari superego (nurani). Dan, kita perlu waspada. Karena itu ego punya peran penting dalam mengatur perilaku seseorang, mulai dari mengambil keputusan hingga berinteraksi […]

Ego negatif, waspadalah!

Kita tentu tidak asing dengan kata “ego.” Sigmund Freud menilai ego sebagai bagian dari struktur kepribadian yang berperan sebagai mediator. Mediator antara dorongan-dorongan primitif dari id (naluri bawah sadar) dan tuntutan-tuntutan moral dari superego (nurani). Dan, kita perlu waspada.

Karena itu ego punya peran penting dalam mengatur perilaku seseorang, mulai dari mengambil keputusan hingga berinteraksi dengan dunia luar.

Secara umum orang memahami ego adalah mekanisme pertahanan diri untuk melindungi diri dari kecemasan, ancaman dan konflik internal. Ego itu dalam kajian Islam biasa kita kenal dengan nafsu. Tinggal orang mau mengarah kemana, nafsu amarah atau nafsu muthmainnah (jiwa yang tenang).

Pengendalian

Oleh karena itu sikap Islam terang, kita harus bisa mengendalikan nafsu, utamanya nafsu amarah.

Langkah itu penting agar manusia dapat tetap dalam posisi mampu merawat kesucian jiwa dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Dan, sebagaimana teori ego dalam sudut pandang ilmiah, yang menjadi pendorong internal untuk seseorang memilih perilaku tertentu, maka sudah sewajarnya dorongan itu tidak melampaui batas.

Ego Negatif

“Ego negatif memisahkan kita dari sesama manusia dan dari Tuhan. Jika kita mencermati diri kita secara mendalam, maka kita dapat melihat bahwa ego negatif kita menginginkan setiap orang agar tunduk kepada kita dan menerima penilaian serta pendapat kita sebagai kebenaran.” Begitu Robert Frager punya pandangan dalam bukunya “Sufi Psychology.”

Baca Juga: Ismail, Pemilik Karakter Teladan

Dalam sejarah kita bisa menemukan bagaimana ego negatif bersarang dalam diri penguasa. Mereka ingin tidak ada ancaman terhadap diri dan kekuasaannya, maka siapapun yang dicurigai akan berkhianat apalagi telah berkhianat seketika dilenyapkan.

Seperti tokoh sejarah Alexander yang demi kekuatan posisinya rela membunuh Attalus, seorang jenderal yang sebenarnya loyal, bahkan sejak ayah Alexander masih memimpin kerajaan Makedonia.

Begitulah cerita kehidupan dunia. Kadang kala dalam realita lebih dramatis daripada sebuah cerita dalam film. Maka waspadalah terhadap ego diri sendiri.

Penghalang

Ego negatif dapat menjadi penghalang bagi pertumbuhan pribadi dan kebahagiaan sejati. Oleh karena itu kita perlu memahami dan mengatasinya.

Langkah penting adalah dengan meningkatkan kesadaran diri, bahwa ada ego negatif dalam diri setiap orang.

Kesadaran Diri

Perhatikan pikiran, perasaan, dan perilaku kita yang menunjukkan tanda-tanda ego negatif seperti kesombongan, iri hati, atau kebutuhan untuk selalu benar.

Baca Lagi: Tuhan Begitu Mesra dengan Kita

Apabila hal itu terjadi, belajarlah untuk mengatasi. Caranya terus berupaya untuk menghargai orang lain dan mengakui kontribusi mereka. Jangan apa-apa yang baik selalu kita daku sebagai hasil kerja diri sendiri.

Puncaknya, bersyukurlah. Bersyukur membantu jiwa kita untuk mengalihkan fokus dari kekurangan dan meningkatkan rasa bahagia dan kepuasan. Alhamdulillah.

Dan, satu hal lagi. Ingatlah bahwa mengatasi ego negatif adalah sebuah proses yang berkelanjutan. Bersabarlah dengan diri sendiri dan jangan menyerah.

Dengan usaha dan dedikasi tinggi, insha Allah kita dapat belajar untuk mengelola ego negatif dalam diri. Kemudian kita menjalani hidup yang lebih bahagia dan bermakna.*

Mas Imam Nawawi

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *