Apa pikiran sahabat membaca kalimat ini: “Dunia Tak Seperti Layar Handphone.”
Kemarin sore (30/1/24), sebuah pengalaman tak terlupakan terjadi saat seorang teman memberikan saya sebuah buku berwarna hitam yang tebal, karya Subiakto yang akrab disapa Pak Bi.
Dalam penasaran, saya membuka halaman demi halaman buku tersebut. Sejurus kemudian saya mulai membenamkan diri dalam narasi tentang Brand yang ringan, renyah dan tajam.
Pesan yang Tersirat
Sampai pada suatu bagian yang membuat saya berhenti sejenak. Di antara baris-baris kata yang bijak, ada kalimat yang terpahat dalam ingatan saya: “Dunia millennial itu selebar layar handphone, mereka melihat review, rating, recommendation.”
Pesan ini mencerminkan perubahan besar dalam cara generasi muda, yang sering disebut sebagai generasi milenial, berinteraksi dengan dunia.
Layar smartphone telah menjadi jendela utama mereka untuk menjelajahi berbagai aspek kehidupan. Dari ulasan produk, penilaian pengguna, hingga rekomendasi teman, semuanya tersedia dalam genggaman mereka.
Kata Pak Bi, generasi sekarang sudah bisa jadi jurnalis, hakim, dan juga seorang investigator. Jadi, kalau ada orang jualan produk secara asal, ia akan “terkubur” seketika.
Baca Juga: Islam yang Terus Bersinar
Hal ini karena orang sekarang memutuskan membeli produk, tidak sebatas pada narasi toko atau penjual, tetapi seberapa baik rating yang orang berikan, termasuk rekomendasi yang ada, positif atau negatif.
Hidup di Luar Layar
Meskipun dunia digital memberikan kenyamanan dan akses tak terbatas ke informasi, kita tidak boleh lupa bahwa kehidupan sejati terletak di luar layar handphone.
Dunia nyata masih memiliki keajaiban yang tak terbatas, keindahan alam yang luar biasa, dan hubungan manusia yang berharga.
Dalam era globalisasi, jarak antar negara dan budaya telah menyusut, dan kita memiliki peluang unik untuk menjelajahi keanekaragaman dunia ini.
Teknologi telah membuat hidup manusia lebih mudah untuk berhubungan dengan orang-orang dari berbagai belahan dunia, dan hal ini adalah aset berharga yang harus kita hargai.
Namun prinsip ajaran Islam, seperti kejujuran, transparansi dan pembuktian, tetap menjadi landasan setiap orang dalam bergaul, berinteraksi, lebih-lebih bertransaksi.
Visi yang Melampaui Batasan
Oleh karena itu, sekalipun layar handphone memberikan kita pandangan ke dalam dunia, visi kita tidak boleh terbatas pada apa yang ada di sana.
Kita perlu memiliki visi yang melampaui batasan teknologi, visi yang mencakup makna hidup, nilai-nilai, dan tujuan yang lebih besar.
Dalam mengejar kesuksesan materi, jangan sampai kita lupa untuk merenungkan makna kehidupan dan mempersiapkan diri untuk akhirat.
Dunia ini sementara, sedangkan persiapan kita untuk akhirat adalah investasi yang lebih berharga.
Jadi, buku karya Pak Bi mengingatkan kita untuk tidak terjebak dalam layar handphone, melainkan untuk menyelami kehidupan di luar sana. Namun, bagi siapapun yang mau terjun ke dunia bisnis, brand yang dibangun harus benar-benar jujur, kokoh dan teruji.
Itulah bekal yang harus kita bawa dari dunia teknologi dalam dunia nyata yang lebih luas.
Baca Lagi: Istirahat Main Smartphone
Pendek kata, perkembangan teknologi sebagai alat hanya akan memaksa manusia yang unggul adalah yang jujur dan transparan.
Mereka yang gagal menggenggam layar smartphone dengan akal dan hati, boleh jadi akan tenggelam bersama hancurnya layar itu sendiri.
Jadi, mulai sekarang visi kita harus melampaui batasan layar, mencakup nilai-nilai yang mendalam, tujuan hidup yang lebih besar, dan persiapan untuk akhirat.*